Seri Karmelitana – Hari 80

“Engkau tidak akan mengambil dariku, ya Allahku, hal yang pada suatu hari Kau berikan kepadaku dalam PutraMu Yesus Kristus, dalam Dia Engkau mengambil semua keinginanku. Karena itu aku bersukacita bahwa saat aku menungguMu, Engkau tidak berlambat” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).

Dalam Doa Satu Jiwa yang Jatuh Cinta ini, jiwa telah memeriksa dirinya seluruhnya. Ia telah memeriksa masa lalu, dosa-dosa dan kesadarannya. Ia telah melihat karya-karya dan kebajikan-kebajikannya dan motivasi di balik itu. Ia sadar bahwa karena kemalangannya ia tidak bisa melakukan lebih lagi. Kesimpulannya adalah bahwa Allah harus melakukan hal yang hanya bisa dilakukanNya.

Hal ini menghasilkan dalam dirinya suatu jumlah kualitas karakteristik jiwa yang berada dalam cinta bersama Allah. Hal pertama dari kualitas ini adalah kerendahan hati. “Apa yang harus paling engkau cari dan inginkan tidak akan kau temukan melalui jalanmu, tidak juga dalam kontemplasi yang tinggi, tetapi dalam banyak kerendahan hati dan ketaatan hati” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 40).

Satu hal yang sangat khusus dan penting untuk dilihat adalah bahwa Santo Yohanes dari Salib menasihati bahwa hal yang sedang Anda cari bukanlah untuk menjadi seorang kontemplatif. “Apa yang engkau cari dan inginkan tidak akan kau temukan melalui kontemplasi yang tinggi” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 40). Tujuan spiritualitas karmel bukanlah untuk menjadi kontemplatif. Faktanya, hal itu bahkan bukan sebuah sarana yang aman untuk menemukan hal yang sedang kita cari. Kerendahan hati, seperti ajaran Santa Teresa (dan setiap orang kudus) adalah kebajikan yang harus ada untuk menjadi mampu menerima rahmat-rahmat dari Allah.

Jiwa ini, yang rendah hati dan jatuh cinta, mengembangkan kebajikan lain yang penting bagi seseorang yang ingin tumbuh dalam relasi dengan Allah, yakni kesabaran. Ia telah menjadi tidak sabar, khususnya pada bagian awal. Santo Yohanes dari Salib mengatakan bahwa ia “ingin menjadi santo dalam satu hari” (I Malam Gelap 5.3). Ketidaksabaran menghasilkan frustrasi dan membimbing kepada saat-saat untuk takut.

“Orang-orang yang kepadanya Allah memberikan tanda sebuah rahmat untuk mencobai mereka secara lebih mendalam harus menunjukkan banyak pelayanan kepadaNya, telah memiliki kesabaran yang terpuji dan ketetapan bagiNya dan dalam kehidupan mereka dan karya mereka telah menjadi sangat bisa menerimaNya. Karena Ia mencobai mereka dengan cara ini untuk membuat mereka maju dalam anugerah dan manfaat” (Nyala Api Cinta yang Hidup 2.28).

“Kesabaran yang terpuji dan ketetapan” artinya kemampuan untuk mempertahankan dan setia melalui situasi-situasi sulit. Sekarang, di tempat frustrasi dan ketakutan ada buah kerendahan hati dan kesabaran, yakni keberanian.

“Sadar bahwa dalam dirinya tidak ada alasan atau kemungkinan untuk alasan mengapa Allah harus melihat dan memuji-muji dia, tetapi bahwa alasan ini hanya ada di dalam Allah, di dalam kehendakNya belaka dan rahmat yang indah, jiwa menganggap kemalangannya berasal dari dirinya dan semua hal-hal baik yang dimiliki berasal dari Sang Kekasih. Sadar bahwa melalui hal-hal itu jiwa sekarang membawa manfaat yang sebelumnya tidak dilakukan, ia mengambil keberanian dan menjadi tegas untuk meminta kelanjutan persatuan rohani ilahi yang di sana Ia akan menggandakan rahmatNya dalam jiwa” (Madah Rohani 33.2).

Kerendahan hati, kesabaran, ketetapan, keberanian, ketegasan, kebajikan-kebajikan inilah yang berkembang saat kita maju dalam kehidupan rohani sambil menunjukkan diri mereka di dalam doa ini saat jiwa berkata: “Karena itu aku bersukacita bahwa saat aku menungguMu, Engkau tidak berlambat” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 160-162.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *