“Siapa manusia yang bisa membebasakan diri mereka dari cara-cara yang hina dan dari berbagai keterbatasan jika Engkau tidak mengangkat mereka kepadaMu, ke dalam kemurnian cinta ya Allahku? Bagaimana bisa manusia yang dilahirkan dan diberi makan dalam kehinaan mengangkat diri kepadaMu Tuhan jika Engkau tidak mengangkat mereka dengan tanganMu yang menciptakan mereka?” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).
Doa berlanjut dengan dua pertanyaan. Dua pertanyaan ini memuat sebuah pengakuan dan pengakuan iman. Sebuah pengakuan tentang ketidakmampuan manusia dan pengakuan iman tentang kekuatan Allah “Siapa yang bisa membebaskan diri mereka? Bagaimana manusia mengangkat diri?” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).
Pengalaman doa sejati menegaskan kebenaran bahwa iman mengajarkan dan kitab suci mewahyukan. “Sebab seperti surga lebih tinggi daripada bumi, begitu juga jalanKu lebih tinggi daripada jalanmu dan pikiranKu daripada pikiranmu.” (Yes 55:9). Penting untuk diingat bahwa kutipan teks Yesaya ini tidak mengajarkan hal yang mustahil bagi manusia untuk meraih Allah, tetapi karena Allah “yang tulus dan pemaaf” (Yes 55:7), Dia dekat dan bisa ditemukan.
Hal ini kemudian diteguhkan dalam ajaran Santo Yohanes dari Salib. “Agar Allah mengangkat jiwa dari kerendahannya yang paling dalam kepada keadaan yang paling tinggi di dalam persatuan ilahi, Ia harus secara nyata…melakukannya dengan teratur, dengan lembut dan sesuai dengancara jiwa.” (II Pendakian Gunung Karmel 17.3). Allah yangmampu dan mengangkat jiwa kepadaNya melalui belas kasih dan rahmat.
“…Kemurnian cinta…” dan “…tangan yang menciptakan mereka” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26)
Salah satu ajran besar Santo Yohanes dari Salib ada dalam malam-malam pemurnian manusia. Hal ini sering tidak dimengerti dengan baik. Pemurnian yang diajarkannya dalam Pendakian Gunung Karmel dan Malam Gelap bukanlah pengalaman hukuman atas kelemahan, walalupun memang pemurnian-pemurnian ini sulit dimegerti. Pemurnian-pemurnian adalah pengalaman proses pendirian keagungan identitas kita sebagai anak-anak Bapa. Dan itulah cinta yang memurnikan kita, cinta Allah yang diberikan kepada kita melalui iman, harapan dan kasih.
Bapa telah mempersembahkan tanganNya kepada kita melalui tubuh Kristus yang menjelma masuk ke dunia kehinaan kita untuk satu tujuan, untuk mengangkat kita kepada persatuan dengan Bapanya.
“Di bawah pohon apel. Di sana aku mengambilmu sebagai milikku. Di sana aku mempersembahkan tanganku bagimu, Dan memulihkanmu. Di tempat ibumu membusuk” (Madah Rohani 23).
Santo Yohanes dari Salibmenjelaskan ayat ini demikian: “Bahwa di bawah rahmat pohon salib (yang digambarkan sebagai pohon apel), di mana Putra Allah menebus manusia dan kemudian menikahinya dan kemudian menikahi setiap jiwa dengan memberi diriNya melalui rahmat salib dan membela pasangannya…di sana Aku mempersembahkan bagimu salam baikKu dan membantumu dengan mengangkatmu dari kehinaanmu untuk menjadi sahabat dan pasanganku” (Madah Rohani 23.3-4).
Persahabatan dan pasangan!
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 158-160.
0 Comments