“Dan jika Engkau menunggu karya-karya baik milikku untuk mengabulkan hal-hal yang kumohon kepadaMu, anugerahkanlah dan kerjakanlah karya-karya itu bagiku, dan juga penderitaan-penderitaan yang ingin Kau terima, biarkanlah itu terjadi” (Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).
“Biarkanlah itu terjadi” dalam bahasa Spanyol hágase. Dalam bahasa Spanyol, tanggapan Maria kepada Malaikat Gabriel pada saat pemberian kabarsukacita adalah”Hágaseenmisegúntupalabra: Terjadilah kepadaku menurut perkataanmu.” Dalam bahasa Latin adalah “Fiatmihi secundum verbum tuum.” Dalam teologi Maria (mariologi) dan spiritualitas Maria, itulah yang dimaksud sebagai fiat Maria.
Fiat maria adalah penyerahan dirinya untuk ikut serta dalam rencana Bapa bagi keselamatan dunia. Itulah penyerahan diri untuk menerima naungan Roh Kudus. Dengan penerimaan dan pemberiannya kita diselamatkan. Maria adalah contoh penerimaan dalam kehidupan rohani. Secara pasif atau reseptif, tindakannya adalah sebuah bagian mendasar dari spirtualitas para pujangga karmel, khususnya Santo Yohanes dari Salib.
Bahkan bagian paling aktif dalam kehidupan spiritual, kehidupan para pemula, memiliki aspek pasif. Dalam Madah Rohani, saat mengomentari kata-kata dalam puisi ayat 30, “Kita akan menggunakankarangan bunga,” Santo Yohanes dari Salibmenjelaskan: “Ia tidak berkata Saya sendiri akan menggunakan karangan bunga atau kau sendiri yang akan melakukannya, tetapi kita akan menggunakan karangan bunga bersama. Jiwa tidak menjalankan atau menerima kebajikan-kebajikan tanpa bantuan Allah, juga Allah tidak menyebabkan kebajikan-kebajikan sendiri di dalam jiwa tanpa bantuan jiwa itu..yang berarti bahwa Allah dan jiwa bekerja bersama” (Madah Rohani 30.6).
Sebagaimana penerimaan Maria adalah kerjasamanya dengan Allah dalam bekerja bersama Dia, demikian juga pasivitas atau penerimaan kita terhadap semua yang datang dari tangan Allah adalah satu-satunya cara untuk tumbuh secara aman dalam kerjasama dengan Allah, baik bagi keselamatan kita maupun bagi keselamatan dunia.
Santo Yohanes dari Salib menulis: “Orang-orang, seharusnya hidup dengan kesabaran besar dan tetap dalam semua kesulitan dan cobaan yang diletakkan oleh Allah kepada mereka, baik eksterior maupun interior, spiritual atau jasmani, besar atau kecil, dan mereka harus menerima semuanya sebagai yang berasal dari tangan Allah sebagai sebuah obat yang baik dan tidak melarikan diri darinya, sebab hal-hal itu membawa kesehatan” (Nyala Api Cinta yang Hidup 2.30).
Penerimaan tidak berarti pasif total. Kita secara aktif berpartisipasi dalam hal yangkita terima. Santo Yohanes dari Salib, pada akhir hidupnya, memiliki sebuah pengalaman menyedihkan ditolak oleh kawan-kawannya. Sebagai bagian dari penolakan ini, ia akan dikirim ke Meksiko sebagai satu cara untuk membuangnya. Beberapa orang sangat kecewa karena hal ini dan menulis surat untuk menghiburnya. Ia menerima penolakan ini dan menulis kata-kata ini kepada dua orang di antara mereka:
“Jangan biarkan hal yang sedang terjadi kepadaku, putriku, menyebabkan duka bagimu, sebabhal itu tidak menyebabkan duka bagiku. Yang sungguh membuat aku bersedih adalah bahwa seseorang yang tidak bersalah dipersalahkan. Manusia tidak melakukan hal-hal ini, tetapi Allah, yang mengetahui hal yang sesuai bagi kita dan menyusun berbagai hal bagi kebaikan kita. Jangan berpikir hal lain selain Allah yang memerintahkan semua dan dimana tidak ada cinta, taruhlah cinta maka engkau akan menemukan cinta” (Surat 26 kepada M Maria de la Encarnacion 6 Juli 1591).
“Karena Sri Baginda telah mengatur berbagai hal, itulah yang paling cocok untuk semua. Semua yang tertinggal bagi kita adalah
menerimanya dengan kemauan kita sehingga karena kita percaya bahwa Ia telah mengatur hal ini, kita boleh menunjukkannya dalam tindakan-tindakan kita…sekarang, hingga Allah memberi kita hal baik ini di surga, lewat waktu di mana kebajikan-kebajikan matiraga dan kesabaran, keinginan untuk menyerupai sesuatu dalam penderitaan Allah kita yang besar ini, merendahkan diri dan disalibkan. Kehidupan ini tidak baik jika tidak ada suatu usaha untuk mengikuti kehidupanNya” (Surat 25 kepada M. Ana de Jesus 6 Juli 1591).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 152-154.
0 Comments