“Dari doa ini biasanya muncul hal yang disebut tertidurnya daya-daya batin” (Kesaksian-Kesaksian 59.5).
Dalam berbagai relasi, sebagaimana kita tumbuh, kita berubah. Kita menjadi semakin akrab dengan orang lain. Dan orang lain menjadi akrab dengan kita. Dalam cara yang pasti, kita menjadi lebih bebas untuk menjadi diri kita sendiri. Ada formalitas yang berkurang. Ada rahasia yang berkurang. Teman saya dan saya semakin terbuka satu sama lain.
Hal yang sama terjadi dalam relasi (doa) dengan Allah. Yang mulai terjadi dalam cara ketiga dan keempat untuk menyiram taman adalah bahwa Allah mengambil suatu pendekatan yang lebih langsung kepada jiwa. Santa Teresa menggambarkannya demikian: “Tuhan ingin membantu tukang kebun sehingga Iasendiri secarapraktis menjadi tukang kebun dan Ia yang melakukan segalanya” (Riwayat Hidup 16.1).
Ia menyebut hal ini sebagai “tertidurnya daya-daya batin.” Dengan ini, ia tidak bermaksud bahwa Anda jatuh tertidur saat mencoba berdoa.
Jika itu terjadi, Anda mungkin perlu tidur lebih atau perlu kopi! Bukan, tidur ini adalah suatu jenis yang berbeda dengan tidur. Ia mengatakan dua hal yang membatu mengerti apa yang dimaksudkannya.
“Daya-daya batin tidak gagal berfungsi seluruhnya, juga tidak mengerti cara berfungsinya” (Riwayat Hidup 16.1).
“Kehendak seluruhnya disibukkan di dalam Allah dan kehendak melihat bahwa ia kekurangan tenaga untuk disatukan ke dalam jenis karya lainnya” (Kesaksian-Kesaksian 59.5).
Kehendak (keinginan, cinta) dikonsentrasikan untuk mengasihi Allah, tetapi daya-daya batin lainnya (akal budi-berpikir, ingatan-mengingat) masih bisa bekerja. Tetapi orang tidak tahu bagaimana semuanya itu masih bekerja. Saya bersama Allah, saya tahu diri saya berada bersama Allah dan hanya itu yang saya mau bersama Allah. Tetapi saya masih bisa melakukan hal-hal yang saya kira saya lakukan dan saya melakukannya. Pengalaman doa ini bukan suatu pengalaman tentang Allah yang menempatkan orang di sebuah ketidaksadaran.
“Di sini jiwa akan menghendaki bahwa semua orang bisa melihat dan mengerti kemuliaannya sehingga memuji Allah dan agar mereka akan membantunya untuk memujiNya dan berbagi dalam sukacitanya karena ia tidak bisa menanggung banyak sukacita” (Riwayat Hidup 16.3). Sukacita yang paling mendalam mempengaruhi dan menenangkan seluruh kekuatan jiwa. Sukacita ini nyata dari kehadiran Allah yang sedang memberi pengalaman ini kepadanya.
Sukacita dan kehadiran ini tidak melemahkan jiwa. Sukacita dan kehadiran ini menguatkannya. “Saya melihat dengan jelas bahwa para martir tidak melakukan apapun dari dalam diri mereka untuk menderita siksaan, karena jiwa tahu dengan baik bahwa kekuatan datang dari pihak lain” (Riwayat Hidup 16.4).
Kehendak dikuatkan dalam kasih kepada Allah dan oleh kasih kepada Allah dan daya-daya lain bisa berfungsi juga. Dalam doa rekoleksi atau doa ketenangan, jiwa hanya mau memperhatikan Allah. Orang mau menjadi sama seperti Maria yang duduk di kaki Tuhan dan mendengarkanNya, sementara Marta sibuk melakukan pekerjaan lain.
Dalam doa yang lebih maju ini, orang menjadi seperti Marta sekaligus Maria, “Dua daya yang lain bebas untuk urusan dan pekerjaan melayani Allah. Singkatnya, Martha dan Maria berjalan bersamaan” (Kesaksian- Kesaksian 59.5).
Jika Anda berpikir bahwa kehidupan kontemplasi adalah sesauatu yang mudah dan menarik diri, Anda berada di jalan yang salah.
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 112-114.
0 Comments