“Tiba waktunya jiwa-jiwa ini merasa perlu melindungi diri agar tidak menghina Allah…itu perlu, untuk mencegah dosa, untuk menggunakan doa sebagai senjata utama dan mengingat kembali bahwa segalanya akan berakhir dan bahwa ada surga dan neraka dan banyak hal lainnya”(Riwayat Hidup 15.12).
Santa Teresa adalah seorang penulis yang sangat kreatif dan ekspresif. Gayanya sangat personal dan kita tahu banyak tentang dia karena dia menulis kisah hidupnya sendiri, tetapi dia tidak sistematik. Di tempat lain, Santo Yohanes dari Salib, sangat sistematik dan sangat teratur.
Tulisannya sangat logis dan mudah diikuti. Meskipun demikian, dia bukan orang yang mampu menulis tentang kisah hidupnya.
Untuk bisa mengikuti jejak yang teratur di dalam pengajaran Santa Teresa tentang doa, kita harus tetap mengingat definisi doa batin yang diberikan dalam buku Riwayat Hidup 8.5: “Sebab doa batin menurut pendapat saya tak lain daripada keakraban antar sahabat; itu artinya harus sering berada sendiri dengan Dia yang kita tahu mencintai kita.” Definisi ini mengajak kita memperhatikan Seseorang yang mencintai kita. Perhatian ini adalah kesadaran yang diperlukan untuk menciptakan kata-kata, ide-ide, pikiran-pikiran, emosi-emosi dan waktu menjadi doa, bukan hanya kebisingan atau tindakan yang menghabiskan waktu. Kesadaran yang penting ini menemani setiap tahapan doa dan tanpa kesadaran ini kita tidak sedang berdoa.
Tahapan-tahapan doa adalah: doa vokal, yang selalu disertai dengan kesadaran tentang kehadiran Allah; meditasi diskursif, yang selalu ditemani dengan kesadaran tentang kehadiran Allah; dan doa rekoleksi aktif, yang selalu ditemani dengan kesadaran tentang kehadiran Allah.
Dalam tiga pengalaman doa di atas, kesadaran tentang yang adikodrati bertumbuh semakin kuat. Pengalaman doa ini melibatkan usaha kita. Pada awalnya, ada banyak usaha dan kita perlu mendisiplinkan diri kita untuk bertanggungjawab.
Pengalaman doa selanjutnya juga disebut doa rekoleksi, tetapi saat ini adalah rekoleksi interior dan doa ketenangan. Perbedaannya adalah bahwa doa ini adalah pengalaman adikodrati yang pertama. Seperti dalam tahap-tahap awal dalam doa, kita selalu disertai dengan kesadaran tentang kehadiran Allah. Dalam tahap doa ini kita disertai oleh pengalaman tentang kehadiran Allah.
Dalam buku Riwayat Hidup, saat Santa Teresa memperkenalkan doa ketenangan ini, sebagai suatu pengalaman doa adikodrati yang pertama, ia memperingatkan kita bahwa pada saatnya, akan ada cobaan-cobaan dan kesulitan-kesulitan. Pada waktu-waktu ini, ia berkata bahwa kita harus “…menggunakan doa sebagai senjata utama…” (Riwayat Hidup 15.2). Apa itu senjata utama doa? Senjata utama itu adalah tiga pengalaman awal doa yang telah disebut sebelumnya, yaitu doa vokal, meditasi diskursif dan doa rekoleksi aktif dan semuanya disertai dengan kesadaran tentang kehadiran Allah. Kita tidak pernah terlepas dari tahap-tahap awal doa.
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 106-108.
0 Comments