Seri Karmelitana – Hari 52

“Dalam doa ini, daya-daya batin dihimpun di dalam jiwa agar bisa menikmati kepuasan dengan kenikmatan yang lebih besar. Tetapi daya-daya itu tidak hilang maupun tertidur” (Riwayat Hidup 14.2).

Santa Teresa, saat menulis tentang doa, sering membuat rujukan kepada “daya-daya batin.” Hal ini secara khusus tampak saat ia sedang berbicara tentang doa rekoleksi, baik eksterior maupun interior.

Apa itu “daya-daya batin?” Santa Teresa mengikuti cara berpikir yang ada saat itu, khususnya tentang manusia dan kemampuan-kemampuan mengenalnya. Santo Yohanes dari Salib menggunakan cara berpikir yang sama.

Daya-daya batin secara dasar berarti kemampuan manusia untuk berinteraksi. Manusia bekerja dan bergerak di dunia melalui kemampuan-kemampuannya. Menurut Santa Teresa (dan juga menurut orang lain termasuk Santo Yohanes dari Salib), kemampuan-kemampuan ini dibagi ke dalam dua kelompok dasar.

  1. Eksterior, panca indra: melihat, mendengar, mengecap, mencium,
  2. Interior, kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi yang membedakan manusia dengan ciptaan lainnya: akal budi (kemampuan untuk berpikir), ingatan (kemampuan untuk mengingat), kehendak (kemampuan untuk bertindak). Imajinasi adalah suatu pelaksanaan dari dua kemampuan yaitu akal budi dan Kadang-kadang Santa Teresa menyebut imajinasi sebagai kemampuan.

Untuk mengerti tahap-tahap doa yang akan datang yang semakin menjadi pengalaman adikodrati, Santa Teresa mau agar kita mengerti bahwa kemampuan-kemampuan dalam tahap-tahap awal bisa dilaksanakan dan kemampuan-kemampuan itu adalah bagian dari pengalaman doa.

Santo Yohanes dari Salib dalam buku pertama Pendakian Gunung Karmel membahas disiplin yang diperlukan bagi 5 kemampuan eksterior. Santa Teresa berbicara sangat sedikit tentang kemampuan eksterior.

Santa Teresa menulis tentang gangguan-gangguan yang datang bagi para pemula dalam doa sebagai gangguan yang muncul dari kemampuan-kemampuan interior. Alasan banyaknya kesulitan yang dialaminyadengan meditasi diskursif adalah karena ia tidak bisa menghentikan gangguan yang terlibat di dalam pikiran. Ia mengakui bahwa orang lain bisa, tetapi ia tidak bisa. Dalam doa rekoleksi, menghentikan daya-daya untuk bekerja bukanlah suatu masalah, tetapi ada masalah dalam menenangkannya agar daya-daya itu tidak mengganggu kehendak untuk mengasihi Allah.

Saya kira suatu pengalaman yang mungkin terjadi adalah seperti ini: Anda sedang mengalami percakapan yang sangat menarik dan penting dengan orang lain. Tetapi pada saat yang sama, Anda sedang menggendong bayi di tangan Anda. Bayi itu mulai bergerak dan sedikit rewel seperti yang dikatakan oleh ibu saya. Anda terus memperhatikan percakapan dengan teman tetapi pada saat yang sama Anda berusaha untuk menenangkan bayi itu agar Anda bisa memberi perhatian kepada teman Anda.

“Dalam keadaan ini tidak ada indra-indra atau daya-daya yang hilang, karena semuanya tetap utuh. Tetapi semua dibiarkan demikian agar jiwa bisa menyibukkan diri di dalam Allah” (Kesaksian- Kesaksian 59.3).

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 104-106.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *