Seri Karmelitana – Hari 51

“Dalam hal rekoleksi ini, peristiwa itu tidak muncul saat kita menginginkannya tetapi saat Allah ingin memberi kita anugerah” (IV Puri Batin 3.3).

“Saat Allah ingin memberi kita anugerah” (IV Puri Batin 3.3). Saat mencoba untuk menggambarkan pengalaman rekoleksi interior atau doa ketenangan kepada para pembaca, Santa Teresa berbicara tentang kehadiran Allah yang kita kenali melalui iman dan kehadiran Allah yang ditegaskan dan dikenal di dalam doa. Saat menjelaskannya, ia menulis: “Di sini berguna sekali untuk menjelaskan dengan baik perbedaan antara suatu rahmat umum dan rahmat khusus” (Riwayat Hidup 14.6). Dia tidak menjelaskannya, tetapi membuat rujukan untuk itu.

Ada beberapa cara berbeda untuk mengerti tentang rahmat dan cara rahmat bekerja. Rahmat, pertama-tama, adalah anugerah Allah, suatu anugerah yang dalam beberapa cara mengkomunikasikan Allah kepada jiwa. Sebagai contoh, ada rahmat sufficient (rahmat yang mencukupi) dan rahmat efisien. Semua manusia menerima rahmat secara cukup (sufficient) untuk memenuhi kewajiban dalam status hidupnya. Tetapi setiap orang menerima sebuah rahmat khusus yang dikaitkan dengan status kehidupannya. Sebagai contoh, setiap kita telah menerima rahmat untuk mencapai surga. Meskipun demikian, saya telah menerima rahmat untuk menjadi imam. Saudara saya telah menerima rahmat untuk menjadi suami dan ayah. Sepupu saya telah menerima rahmat untuk menjadi orang yang melajang di dalam Gereja sebagai misionaris awam.

Hal yang sama berlaku untuk rahmat umum dan rahmat khusus. Suatu rahmat umum diberikan kepada kita semua dalam iman. Suatu rahmat khusus diberikan sebagai rahmat untuk mengalami hal yang kita kenal melalui iman. Doa ketenangan ini adalah pengalaman kehadiran Allah karena Allah mau supaya kita mengetahuinya. Pengalaman rahmat ini adalah anugerah Allah. Dan pengalaman ini diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Pengalaman ini tidak membuat seseorang “menjadi khusus.” Tanda paling jelas bahwa pengalaman ini berasal dari Allah adalah bahwa rahmat membuat orang semakin rendah hati, seperti yang telah kita lihat sebelumnya.

Pengalaman kekeringan atau kegersangan berbeda dengan doa ketenangan. Dalam tahap-tahap awal doa, kekeringan disebabkan karena kita tidak mengetahui hal yang harus kita lakukan. Dalam menjelaskan cara menyiram yang pertama, Santa Teresa menulis tentang kekeringan demikian: “Tetapi apa yang akan dilakukannya di sini bila berhari-hari ia tidak mengalami hal lain selain kekeringan, kebosanan, kekosongan dan sangat kecil keinginannya untuk menimba air?” (Riwayat Hidup 11.10). Kekeringan ini adalah suatu kebosanan dan menjadi tantangan bagi disiplin doa.

Kekeringan dalam bab 14 atau dalam doa ketenangan itu berbeda. “Segalanya tampak kering, dan tampak bahwa tidak ada air untuk menyegarkannya, atau tidak tampaklah air itu sehingga tidak tampak adanya kebajikan di dalam jiwa. Keadaan itu menyebabkan banyak penderitaan karena Allah ingin agar penderitaan itu tampak bagi tukang kebun yang malang sehingga semua yang diperoleh dengan menyiram dan menjaga taman tampak sedang hilang. Kekeringan ini seperti penyiangan alami…jiwa memperoleh banyak kerendahan hati. Bunga mulai tumbuh kembali” (Riwayat Hidup 14.9). Kekeringan ini bukan kebosanan. Kekeringan ini berbeda dengan yang sebelumnya karena di sini kita telah mengenal pengalaman tentang Allah. Kekeringan ini adalah pemurnian dan sebuah persiapan untuk hal yang akan datang.

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 102-104.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *