Seri Karmelitana – Hari 46

“Doa ini disebut rekoleksi karena jiwa menghimpun kemampuan-kemampuannya bersama dan memasuki dirinya untuk bersama dengan Allah” (Jalan Kesempurnaan 28.4).

Ada satu bagian dalam rekoleksi ini yang bergantung kepada karya jiwa dalam menenangkan segala kesadaran aktif baik di luar (kesunyian) dan di dalam (keheningan). Dalam kesunyian, jiwa berusaha berada sendiri dengan Allah. Dalam keheningan, jiwa berusaha memperhatikan Allah.

“Akal budi terhimpun jauh lebih cepat dengan jenis doa ini walaupun doa itu mungkin hanya berupa doa vokal; doa itu adalah doa yang membawa banyak berkat” (Jalan Kesempurnaan 28.4). Bahkan jika doa berupa doa vokal, tetapi dikombinasikan dengan kesunyian dan keheningan pribadi, akan lebih mungkin sampai kepada rekoleksi dengan cepat. Karena, melalui usaha untuk berada sendiri dan berada di dalam kesunyian, jiwa kini lebih terbuka dan mampu menghargai keberadaan Tuhan. “Sang pembimbing ilahi datang secara lebih cepat untuk mengajarnya dan memberinya doa ketenangan alih-alih melakukannya melalui cara lain yang mungkin dipakai” (Jalan Kesempurnaan 28.4).

Pada pertama kalinya, “…rekoleksi ini menuntut banyak usaha” (Riwayat Hidup 11.19). Kemudian, “…jiwa mulai dihimpun dan tiba melalui sesuatu yang adikodrati karena tak ada cara yang bisa mendapatkan doa ini walaupun ada banyak cara yang mungkin dilakukan” (Riwayat Hidup 14.2). Rekoleksi eksterior tidak menyebabkan rekoleksi interior karena rekoleksi interior adalah anugerah Allah.

“Doa pertama yang saya alami saya kira adalah sesuatu yang adikodrati (istilah yang saya gunakan untuk menyebut hal yang tidak bisa diperoleh melalui usaha atau ketekunan, walaupun seseorang mencoba, walaupun seseorang bisa memberi diri untuk rekoleksi eksterior yang akan sangat membantu) yang adalah sebuah rekoleksi interior yang dirasakan di dalam jiwa” (Kesaksian-Kesaksian 59.3).

Saat jiwa mengalami kehadiran Allah, jiwa ingin (kehendak) untuk tinggal dengan pengalaman. Akal budi (kemampuan berpikir) dan ingatan (kemampuan mengingat) tidak bisa menolong atau mengganggu. Tetapi jiwa tahu bahwa ia sedang menemukan sesuatu yang telah lama diinginkannya. “Dua kemampuan yang lain membantu kehendak untuk mampumenikmati kebaikanyangbesar, walaupun kadang-kadang terjadi bahwa sekalipun kehendak disatukan, namun sangat tidak membantu. Tetapi kemudian hal itu tidak perlu diperhatikan; malah jiwa harus tinggal dalam sukacita dan ketenangannya” (Riwayat Hidup 14.3).

“Sri Baginda sedang mulai mempersatukan diriNya kepada jiwa dan Ia mau agar jiwa mengalami cara Ia melakukannya” (Riwayat Hidup 14.5).

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 94-95.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *