“Kita bisa mengatakan bahwa para pemula dalam doa adalah mereka yang menimba air dari sumur” (Riwayat Hidup 11.9).
Yang dimaksud oleh Santa Teresa sebagai “para pemula dalam doa” adalah mereka yang telah memulai suatu kesadaran dan pencarian pribadi menuju suatu relasi dengan Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah mengucapkan doa untuk waktu yang lama sebelum mencapai tahap ini. Mereka telah belajar untuk sadar (doa batin) tentang Allah yang kepada-Nya mereka berbicara. Dan mereka telah belajar untuk rendah hati dalam pencarian mereka tentang Allah.
Kita sibuk setiap hari dengan banyak hal yang muncul dari kewajiban-kewajiban dan berbagai panggilan yang berbeda. Kita sibuk dengan keluarga. Kita sibuk dengan pekerjaan. Kita sibuk dengan komunitas-komunitas kita. Dan kita hidup dalam sebuah dunia yang penuh dengan berbagai gangguan yang membisingkan. Kita hidup dalam sebuah dunia yang secara tetap menawarkan hiburan kepada kita. Beberapa tahun yang lalu, untuk melihat film, orang perlu pergi kebioskop atau menonton TV. Sekarang sangat mungkin hanya dengan mengambil ponsel pintar. Dalam dunia seperti ini, kita tidak bisa hanya mengatakan kepada diri kita “Oke, sekarang waktunya berdoa!”
Doa; kesadaran, kesadaran diri, kesadaran atas kepribadian; tidak bisa dimatikan dan dihidupkan. Doa adalah pekerjaan! Khususnya bagi para pemula, doa telah selalu menjadi pekerjaan! “Hal ini membutuhkan banyak usaha dari pihak mereka, seperti telah saya katakan. Mereka harus menarik diri mereka untuk mencoba memusatkan panca indra mereka. Karena mereka biasa terganggu, pemusatan ini menuntut banyak usaha. Mereka harus dibiasakan untuk tidak memperhatikan semua hal yang dilihat dan didengar, dibiasakan untuk melaksanakan jam-jam doa, dan karena itu juga dibiasakan untuk hening dan menarik diri serta untuk berpikir tentang masa lalu mereka” (Riwayat Hidup 11.19).
Sebelum periode kehidupan kita ini, kita belajar untuk menggabungkan doa batin (kesadaran) dengan doa vokal yang kita ucapkan. Kita menggabungkan kata-kata yang ditulis oleh seorang yang kita pelajari, dengan kesadaran, untuk berada di hadapan Allah. Di tahap ini, kita menggabungkan kesadaran yang sama tentang pembicaraan dengan Allah, bukan kepada kata-kata orang, tetapi saat ini, dengan cara kita berpikir dan memahami.
Apa yang harus menjadi sikap yang perlu dimiliki oleh para pemula untuk belajar bermeditasi?
“Tuhanku, apa yang Kau lakukan selain demi kebaikan yang lebih besar bagi jiwa yang Kau mengerti untuk menjadi milikmu sekarang dan yang menempatkan dirinya ke dalam kuasaMu untuk mengikutiMu ke mana pun Engkau pergi, bahkan kepada kematian di salib, dan bertekad untuk membantuMu memikulnya dan tidak meninggalkanMu sendirian?” (Riwayat Hidup 11.12).
Tekad! Bukan hanya keinginan keras kepala untuk belajar melakukan hal ini (meditasi), tetapi niat untuk setia kepada Tuhan yang mencintai kita, setia kepada relasi kita kepada Tuhan. “Kasih Allah terwujud dalam melayani dengan keadilan dan ketabahan jiwa serta dalam kerendahan hati” (Riwayat Hidup 11.13).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 82-83.
0 Comments