“Sadarilah … bahwa hakikat doa batin kita tidak ditentukan oleh mulut yang tertutup atau tidak” (Jalan Kesempurnaan 22.1).
Kadang-kadang ada kebingungan tentang istilah “doa batin” dan “meditasi”. Dua istilah ini tidak seluruhnya berarti sama dan Santa Teresa menggunakan dua istilah ini dengan cara yang berbeda. Santa Teresa selalu ingin menggabungkan doa batin dengan doa vokal. “Jika sambil berbicara saya mengerti dan mengetahui sepenuhnya bahwa saya sedang berbicara dengan Allah dan saya lebih sadar tentang hal ini daripada tentang kata-kata yang sedang saya ucapkan, doa batin dan doa vokal berpadu” (Jalan Kesempurnaan 22.1).
Saat ia menggunakan doa batin sebagai sebuah istilah, ia biasanya bermaksud agar kita sadar secara pasti tentang hal yang sedang kita lakukan khususnya kesadaran tentang Seseorang yang kepadaNya kita berbicara. Doa batin menemani dan menguatkan doa vokal. Dan karena kita lebih sadar bahwa kita sedang berbicara kepada Allah daripada kita lebih menyadari kata-kata yang kita ucapkan, kita hadir bagiNya. Anda boleh mengatakan bahwa doa batin adalah latihan menyadari kehadiran Allah yang memberi jiwa kata-kata yang kita ucapkan.
Kesadaran!
“Inilah doa batin, putri-putriku: memahami kebenaran ini (Siapa Allah? Siapa saya yang berbicara dengan Allah?) Jika kamu mau bertumbuh dalam pengertian tentang hal-hal ini dan berdoa secara vokal, baik sekali. Kamu seharusnya tidak berpikir tentang hal-hal lain selagi berbicara dengan Allah, karena dengan melakukan hal itu kamu tidak mengerti arti doa batin” (Jalan Kesempurnaan 22.8).
Doa vokal yang dikombinasikan dengan kesadaran doa batin bisa membimbing seseorang kepada tahap pertama doa mistik. Tahap pertama doa mistik adalah meditasi. Santa Teresa dalam Riwayat Hdup (bab 11-12) menggunakan gambaran kegiatan menyiran tanaman untuk menjelaskan berbagai tahapan pertumbuhan dalam doa. Para “pemula” adalah mereka yang telah tiba di tahap untuk mampu bermeditasi.
Empat cara untuk menyiram taman adalah (rahmat Allah kepada orang yang berdoa):
(1) Kamu bisa menimba air dari sumur (yang bagi kita berarti membutuhkan banyak usaha).”
(2) Atau kamu bisa menggunakan kincir air dan saluran air sedemikian sehingga air diperoleh dengan memutar engkol kincir air (metode yang melibatkan usaha yang tidak terlalu besar dan Anda akan memperoleh air yang lebih banyak).
(3) Atau kamu boleh mengalirkan air dari suatu sungai atau suatu sungai kecil (taman disiram dengan lebih baik karena tanah sungguh-sungguh lebih basah).
(4) Atau air bisa disediakan melalui hujan. (Riwayat Hidup 11.7).
“Kita bisa mengatakan bahwa para pemula dalam doa adalah mereka yang menimba air dari sumur” (Riwayat Hidup 11.9).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 80-81.
0 Comments