“Saya mulai lagi untuk mencintai kemanusiaan yang mahakudus” (Riwayat Hidup 24.2).
Yesus lebih dari sekadar objek doa kita. Ia adalah pribadi lain dalam relasi doa kita dan bagi Teresa, tidak ada jalan doa yang lain selain tetap membuatNya hadir di dalam pikiran. “Saya ingin menempatkan suatu lukisan atau gambarNya di hadapan mata saya karena saya tidak bisa mengukirnya di dalam jiwa saya seperti yang saya inginkan” (Riwayat Hidup 22.4). Dia tidak sedang berbicara tentang suatu ide, tetapi tentang seorang pribadi yang nyata.
Santa Teresa merasa yakin tentang kesetiaan Yesus kepada kita dan terus-menerus mengingatkan kehadiranNya. “Saya tahu bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita begitu terlantar; karena jika kita dengan rendah hati kita meminta persahabatan ini kepadaNya, Ia tidak akan menolaknya bagi kita” (Jalan Kesempurnaan 26.2). “… Tak ada sesuatu untuk ditakuti, jika seseorang berjalan, sepert saya katakan, dalam kebenaran di hadapan Sri Baginda dan dengan sebuah kesadaran yang murni” (Riwayat Hidup 26.1).
Dia tidak hadir dalam kenangan seperti beberapa sosok historis. Dia sungguh-sungguh hadir dengan kita dalam perjuangan hidup sehari-hari. “Jika kamu mengalami pencobaan atau sedih, lihatlah Dia di jalan menuju taman … atau lihatlah Dia terikat di tiang … atau lihatlah Dia dibebani dengan salib, sebab mereka tidak akan membiarkanNya bernafas. Dia aka melihatmu dengan mata yang begitu indah dan berbelaskasih, diikuti dengan air mata; Dia akan melupakan kesedihanNya untuk menghibur dirimu, hanya karena kamu sendiri berjalan kepadaNya untuk dihibur dan kamu membalikkan kepala untuk menatapNya” (Jalan Kesempurnaan 26.5). Yesus tidak hadir di dalam imajinasi Anda, tetapi gunakan imajinasi Anda untuk melihat kehadiran nyata yang dikatakan oleh iman Anda. Dia ada di sana bagi kita. Betapa Ia bisa menjadi Penyelamat.
Tempat yang sangat konkret menunjukkan kehadiranNya adalah di dalam Sakramen Mahakudus. “Pandanglah Dia di sini tanpa penderitaan, penuh kemuliaan, sebelum naik ke surga, menguatkan beberapa orang, meneguhkan orang lain, Sahabat Kita dalam Sakramen Mahakudus; nampaknya Ia tidak au meninggalkan kita walaupun untuk sekejap waktu” (Riwayat Hdup 22.6). Bukanlah keinginanNya untuk meninggalkan kita, sebab jika Ia meninggalkan kita, Ia tidak setia kepada kehendak BapaNya dan Ia akan mengingkari kasih yang ada di antara Dia dengan kita. “Jika kita tidak setia, Ia tetap setia karena Ia tidak bisa menyangkal diriNya” (2 Tim 2:13).
Santa Teresa menulis dalam buku kecil Meditasi-Meditasi tentang Kidung Agung (karya ini pertama kali disusun oleh Pater Jeronimo Gracian di Brussel pada tahun 1611 dan diberi judul “Gagasan-gagasan tentang Cinta Allah, yang ditulis oleh Ibu Teresa dari Yesus tentang beberapa kata dari Kidung Salomo”; selanjutnya karya ini akan disebut sebagai “Gagasan-gagasan tentang Cinta Allah): “Sekarang aku melihat, wahai Mempelaiku, bahwa Engkau adalah milikku. Aku tak bisa menyangkalnya. Engkau hadir ke dalam dunia bagiku, bagiku Engkau mengalami berbagai pencobaan, bagiku Engkau menderita banyak cambukan; bagiku Engkau tinggal di dalam Sakramen Mahakudus” (Gagasan-gagasan tentang Cinta Allah 4,10).
Sakramen Mahakudus adalah kehadiran nyata dan kehadiran tetap Tuhan Yesus, Sang Sahabat Sejati. “Saya melihat bahwa Ia adalah seorang manusia, walaupun Ia adalah Allah; bahwa Ia tidak terkejut karena kelemahan manusiawi; bahwa Ia memahami penampilan wajah kita yang malang, yang tunduk kepada banyak kejatuhan dalam hubungan dengan dosa pertama yang untuk itu Ia datang memperbaiki. Saya bisa berbicara dengan Dia seperti dengan seorang Teman walaupun Ia adalah Tuhan” (Riwayat Hidup 37.5).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa dari Yesus dan Santo Yohanes dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 65-67.
0 Comments