Seri Karmelitana – Hari 3

“Sebab doa batin menurut pendapat saya tak lain daripada keakraban antar sahabat; artinya harus sering berada sendiri dengan Dia yang kita tahu mencintai kita” (Riwayat Hidup 8.5).

Aspek ketiga dari persahabatan dalam doa atau persahabatan seperti yang ditampilkan oleh para kudus kita adalah bahwa persahabatan itu bukan sesuatu yang dangkal seperti sebuah relasi “sejauh butuh”. Maksud saya adalah bahwa saya bukan sahabat Kristus karena hal itu cocok bagi saya atau karena sesuatu yang saya inginkan dari Dia. Doa adalah sebuah relasi yang memiliki tujuan dan pembenarannya. Tujuan persahabatan adalah agar orang menjadi sahabat secara polos dan sederhana.

Melalui doa, saya ingin untuk hidup bersama Allah dan berjalan di jalan- jalanNya. Saya ingin melihat kehidupan seperti Allah melihatnya. Ibu kita Santa Teresa lebih berbicara tentang “pendoa” daripada “mengucapkan” doa. Mengucapkan doa adalah sebuah tindakan konkret yang akan berarti penuh saat tindakan itu datang dari seorang pendoa atau orang yang berada dalam relasi dengan Tuhan.

Santa Teresa berbicara tentang orang-orang yang berdoa sebagai orang- orang yang “berjalan dalam lorong cinta seperti yang seharusnya mereka jalani, hanya untuk melayani Kristus yang tersalib” (IV Puri Batin 2.9). Hanya untuk melayani Kristus yang tersalib, itulah motivasinya!

Hal-hal lain tentang doa (doa dalam arti relasi dengan Kristus) adalah hal-hal yang bersifat tambahan dan sampingan, selain memeluk salib seperti Kristus memeluknya. Dia memeluk salib bagi kita. Kita memeluk salib bagiNya. “Peluklah salib yang telah dipikul oleh Mempelaimu dan mengertilah bahwa hal ini harus menjadi tugasmu. Seorang yang mampu menderita lebih bagi-Nya akan lebih dihargai” (II Puri Batin 1.7).

Kita berada dalam relasi doa ini dengan dan demi Kristus. Semua relasi membutuhkan waktu. Santo Yohanes dari Salib mengatakan tentang sikap ini saat menulis bagian tentang seseorang yang doanya adalah persahabatan dengan Tuhan. Ia menulis, “Semua perhatiannya adalah untuk menyenangkan Allah dan melayaniNya karena Ia layak untuk itu dan karena rahmat yang diberikan oleh-Nya, sekalipun pengorbanannya besar” (II Malam Gelap 19.4).

Santa Teresa sangat terhibur oleh Injil Lukas 17:10, “Kami hanya hamba- hamba yang tak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” Tugas ini bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan suatu kemuliaan bagi kita.

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 10-11.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *