Yesus dari Teresa
Santa Teresa memiliki beberapa kesulitan tentang dua hal ini: ia tidak bisa menjalankan meditasi diskursif yang berbuah dan ia memiliki kesulitan besar untuk menemukan bapa pengakuan atau pembimbing rohani yang bisa mengerti pengalamannya dan mendampinginya. Hal ini dijelaskannya dalam Riwayat Hidup bab 22.
Ada sebuah aliran Spiritualitas pada abad 13-14 yang dikenal sebagai Aliran Mistik Rhineland. Tokoh-tokohnya yang terkenal misalnya Meister Eckhart, Henrikus Suso, dan Yohanes Tauler. Aliran ini adalah suatu aliran yang berhubungan dengan Ordo Dominikan. Aliran mistik ini berusaha membantu orang mencapai Allah dengan menyangkal semua kelekatan duniawi. Aliran ini mengikuti suatu jalan untuk tidak mengandalkan hal-hal jasmani. Ingatlah bahwa para pembimbing rohani awal Santa Teresa adalah para Dominikan. Dengarkanlah yang digambarkan oleh Santa Teresa tentang pengalamannya berikut, saat mengikuti tipe spiritualitas itu.
“Mereka mengatakan bahwa dalam pengalaman orang-orang yang sedang mengalami kemajuan, gambaran-gambaran jasmani, bahkan saat menunjuk kepada kemanusiaan Kristus, adalah sebuah halangan atau rintangan kepada kontemplasi sempurna. Untuk mendukung teori ini, mereka mengutip hal yang dikatakan oleh Tuhan kepada para rasul tentang kedatangan Roh Kudus, yang saya maksudkan adalah saat kenaikanNya. Mereka berpikir bahwa karya ini selruhnya bersifat rohani, segala hal jasmani bisa menghalangi atau merintanginya, sehingga orang harus mencoba untuk berpikir tentang Allah secara umum, bahwa Ia ada di mana-mana dan bahwa kita dilebur di dalam Dia” (Riwayat Hidup 22.1).
Tetapi Santa Teresa mengetahui bahwa “karya ini” tidak semuanya bersifat rohani.
“Hal ini, kadang-kadang tampaknya baik bagiku; tetapi untuk menarik diri seluruhnya dari Kristus atau bahwa Tubuh Ilahi itu diperhitungkan sebanding dengan kemalangan kita tau kemalangan seluruh ciptaan, saya tidak bisa tahan” (Riwayat Hidup 22.1).
Santa Teresa tidak bisa menerima bahwa Yesus, Tuhan, sebagaimana Dia menampilkan diriNya di halaman-halaman Injil dalam tubunNya yang menjelma, harus disangkal. Karya ini (karya hidup rohani) tidak seluruhnya bersifat rohani.
“Kita bukan malaikat, tetapi kita memiliki suatu tubuh. Ingin menjadi malaikat selagi kita ada di bumi …. adalah kebodohan” (Riwayat Hidup 22.10).
Hal yang dikatakan tadi bukanlah pengalamannya. Ia mengatakan bahwa bahkan saat berusaha mengikuti petunjuk buruk ini ia menulis: “O Tuhan jiwaku dan Yesusku yang baik yang tersalib! Bukan saat yang tepat saya mengingat pendapat yang saya miliki ini tanpa merasa sakit. Tampaknya saya menjadi seorang pengkhianat yang mengerikan” (Riwayat Hidup 22.3).
Ia menyimpulkan:
“Tuhan membanti kita, menguatkan kita dan tidak pernah gagal; Dia adalah sahabat sejati. Dan saya melihat degan jelas, dan kemudian saya pernah melihat, bahwa Allah mau jika kita menyenangkanNya dan menerima anugerah-anugerah besar dari Dia, kita harus melakukannya melalui kemanusiaan Kristus yang Mahakudus, di sana Ia berkenan” (Riwayat Hidup 22.6).
Ia menerima penegasan tentang keputusannya ini dengan mengamati beberapa orang kudus besar, “Saya dengan hati-hati memikirkan kehidupan beberapa orang kudus, kontemplasi-kontemplasi besar dan menemukan bahwa mereka tidak pernah mengambil jalan lain. Santo Fransiskus menunjukkan hal ini melalui ‘stigmata’; Santo Antonius dari Padua dengan Kanak-Kanak Yesus; Santo Bernardus menemukannya dalam kemanusiaan; Santa Katarina dari Siena, dan banyak lainnya” (Riwayat Hidup 22.9).
Kemanusiaan Kristus yang kudus!
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa dari Yesus dan Santo Yohanes dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 61-63.
0 Comments