“Semua kerinduanku dulu dan masih ada sampai sekarang adalah bahwa karena Dia memiliki banyak musuh dan sedikit sahabat, maka sahabat yang sedikit ini harus menjadi sahabat yang baik” (Jalan Kesempurnaan 1.2).
Kelepasan dari segala ciptaan. Kelepasan, seperti kemiskinan injili, sering disalahpahami. Orang bisa merasa bingung saat membedakan kemiskinan injili dan kemiskinan sosial. Kemiskinan sosial adalah suatu keadaan ketika setiap orang tidak memiliki sesuatu dan hal-hal yang dibutuhkannya untuk hidup dirampas. Kemiskinan injili berbeda. Dalam kemiskinan injili, segala sesuatu yang mungkin Anda miliki digunakan secara tulus bagi pelayanan kepada Injil.
Perspektif adalah kata kunci dalam memahami tiga hal penting yang dimaksud oleh Santa Teresa. Bagi para Putra dan putri Teresa dan Yohanes, kelepasan dan penyangkalan, bukanlah suatu tindakan yang berlawanan dengan penciptaan, tetapi merupakan suatu kedisiplinan untuk melihat segala ciptaan dalam relasi dengan Sang Pencipta yang menciptakan segalanya.
Kitab Kejadian mengatakan sesuatu tentang karya penciptaan: “Allah melihat segala yang dibuatNya baik dan sungguh sangat baik” (Kej 1:31). Karena itu, kelepasan dari segala ciptaan, walaupun hal ini mungkin, tidak terjadi karenahal-hal yangdilepaskan ituburukdalam dirinyasendiri. Masalahnya tidak terletak kepada “hal-hal itu.” Masalahnya ada di dalam diri kita yang memiliki kecenderungan untuk memiliki dan terobsesi kepada hal-hal duniawi serta dengan mudah kehilangan perspektif.
Santa Teresa memulai pembahasan tentang kelepasan dengan menulis kepada para susternya: “Marilah kita berbicara tentang kelepasan yang harus kita miliki, karena kelepasan, jika hal ini dilakukan dengan kesempurnaan, mencakup segalanya. Saya katakan kelepasan men- cakup segalanya karena jika kita memeluk Sang Pencipta dan memberi perhatiankepada segala ciptaan, Sri Baginda akan mencurahkanberbagai kebajikan” (Jalan Kesempurnaan 8.1). Tujuan dari kelepasan bukanlah untuk tidak memiliki apa-apa, tetapi untuk memiliki Sang Pencipta segalanya. Untuk meletakkan segala sesuatu, sungguh segala sesuatu, bagi pelayanan kepada Allah dan sesama, kita diminta untuk menjadi murid-murid yang murah hati, untuk menunjukkan bahwa kita bebas dari kebutuhan untuk memiliki segala hal dan bebas untukmenggunakan apa yang kita miliki.
Santo Yohanes dari Salib mendefinisikan cinta kasih demikian: “Mencintai adalah bekerja melepaskan dan mencabut diri sendiri bagi Allah dari semua yang bukan Allah” (II Pendakian Gunung Karmel 5.7). Kedisiplinan kita tidak menghukum diri kita sendiri. Kedisiplinan kita dalam menggunakan barang-barang adalah cara untuk membebaskan diri kita agar kita bisa menjadi murid-murid Tuhan dengan melihat segala ciptaanNya dalam relasi dengan Dia dan menggunakan segala sesuatu seperti yang dimakudkan oleh Dia.
Apa yang sebenarnya menjadi perhatian bagi kelepasan kita? Objek kelepasan kita adalah rasa memiliki dan obsesi yang membuat kita menjadi hamba dari hal-hal duniawi. Hal-hal ini menghalangi kebebasan kita. Dalam kenyataannya, hal-hal yang kita miliki, dalam banyak cara, ternyata lebih menguasai kita daripada kita menguasai hal-hal itu.
Kelepasan tidak dilakukan untuk tidak memiliki, tetapi untuk bisa bebas mencintai secara utuh. “Hal yang membantu adalah bahwa jiwa memeluk Yesus Tuhan Kita yang baik dengan tekad yang kuat, karena di dalam Dia segala sesuatu ditemukan, di dalam Dia segala sesuatu dilupakan” (Jalan Kesempurnaan 9.5).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 27.
0 Comments