Seri Karmelitana – Hari 1

“Sebab doa batin menurut pendapat saya tak lain daripada keakraban antar sahabat; artinya harus sering berada sendiri dengan Dia yang kita tahu mencintai kita” (Riwayat Hidup 8.5).

“Tratar de Amistad” (merawat persahabatan). Inilah cara ibu kita, Santa Teresa dari Yesus, mendefinisikan doa sebagai “keakraban antar sahabat.” Enam puluhan tahun yang lalu, inilah yang saya pelajari tentang definisi doa dalam pelajaran katekismus:

Pertanyaan: “Apa itu doa?”

Jawaban: “Doa adalah mengangkat pikiran dan hati kita kepada Allah; menyembahNya, bersyukur kepadaNya atas segala kebaikanNya, memohon pengampunan dari Dia dan meminta dari Dia semua rahmat yang kita butuhkan bagi jiwa dan raga kita.”

Pernyataan itu didasarkan kepada ajaran Santo Yohanes dari Damaskus yang mengatakan bahwa “Doa adalah sikap mengangkat hati dan pikiran kepada Allah untuk memohon hal-hal yang diperlukan.” Di dalam definisi ini, doa adalah sesuatu yang Anda lakukan.

Kekhasan Santa Teresa adalah menempatkan doa dalam kategori persahabatan atau relasi. Doa adalah sesuatu yang terjadi antar pribadi. Doa adalah sesuatu yang Anda hidupi. Ia memiliki serangkaian alasan untuk menempatkan doa dalam kategori ini.

Pengamatan pertama tentang persahabatan di dalam doa ini adalah bahwa seperti itulah persahabatan Allah. Kepada persahabatan seperti itulah kita diundang untuk ikut serta. Kita tidak diundang untuk memulai sebuah komunikasi dengan Dia. Kita diundang untuk ikut serta ke dalam komunikasi, ke dalam sebuah percakapan yang sudah terjadi. Komunikasi antara Bapa dan Putra dan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sebuah komunikasi yang telah terjadi sebelum penciptaan dan akan terjadi secara kekal. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari komunikasi itu, bagian dari percakapan itu, bagian dari persahabatan dan relasi itu.

Ada suatu kerendahan hati dari Pribadi Kedua Allah Tritunggal yang melalui Maria dan dalam penjelmaanNya menjadi seperti kita. Kerendahan hatiNya inilah yang membuat kita berharga. Kemiskinannya memperkaya kita. PersahabatanNya menjadikan kita sahabat-sahabatNya.

Pengamatan lainnya tentang komunikasi atau persahabatan ini adalah bahwa saat kita menyadari komunikasi atau persahabatan itu sebagai sebuah kenyataan, kita menyadari bahwa komunikasi ini telah dan sedang terjadi lebih dahulu sebelum kita menyadarinya. Dengan kata lain, kita tidak hanya menemukan bahwa Allah hadir, tetapi kita juga menemukan bahwa Allah sudah dan selalu hadir.

Santa Teresa menampilkan Kristus sebagai Seseorang yang ingin menjalin relasi ini dengan kita. Kristus adalah Sang Sabda Allah. Melalui Sang Sabda, Allah Bapa menyatakan kepada kita misteri Tritunggal. Santa Teresa menampilkan Sang Sabda sebagai Seseorang yang karena cintaNya kepada kita, membutuhkan kita dan membutuhkan persahabatan kita. Ia menulis: “Saya kira, lebih bermanfaat bagi saya, untuk menggambarkanNya dalam berbagai adegan yang saya lihat bahwa Dia sendirian. Tampak bagi saya bahwa Dia berada sendirian dan merana, seperti seorang yang sedang membutuhkan, Ia harus menerima saya” (Riwayat Hidup 9.4).

Melalui Kristus, yang membutuhkan persahabatan kita, Allah Bapa memanggil kita kepada suatu relasi abadi.

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 7.

2 Comments

  1. Diana R. Barus

    Dengan berdoa, membuat saya lbh menjadi sahabat bersama Yesus.

    Reply
    • admin

      Amin. Semoga semakin menumbuhkan kerinduan untuk bersahabat dengan Dia.

      Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *