“Saya telah berbicara, menjawab, mewujudkan dan menyingkapkan kepadamu dengan memberi Dia sebagai seorang saudara, sahabat, guru, tebusan dan hadiah” (II Pendakian Gunung Karmel 22.5).
Satu kesimpulan konkret yang diajarkan oleh Santo Yohanes dari Salib dan yang dilaksanakan oleh Santa Teresa dalam hidupnya adalah peran pusat yang dimiliki oleh Gereja dan yang dimiliki oleh bimbingan rohani dalam membimbing kehidupan mereka yang mencari Allah dalam kehidupan rohani.
Misteri penjelmaan menampilkan Allah kepada kita dalam rupa manusia, tubuh nyata, Allah dalam bentuk manusia. Karena itu, Gereja ada sebagai suatu lembaga manusiawi yang bisa membimbing anggota-anggotanya secara aman ke dalam Kerajaan Allah. Satu cara yang menjadi tempat Gereja menjalankan bimbingannya kepada jiwa-jiwa menuju Kerajaan Allah adalah melalui pelayanan bimbingan rohani. Pembimbing rohani (di sini saya ingin mencakup pekerjaan para pembina di komunitas-komunitas) menjalankan suatu peran yang bergantung kepada Gereja. “Kita harus dibimbing secara manusiawi dan secara kelihatan dalam segalanya oleh hukum Kristus yang adalah manusia, dan oleh Gerejanya dan para pelayannya” (II Pendakian Gunung Karmel 22.7).
Alasan para pujangga karmelit dan Gereja tidak memberikan suatu tempat yang tinggi untuk pengalaman-pengalaman penampakan atau pengalaman adikodrati luar biasa yang terjadi, pertama-tama, adalah karena penampakan itu bisa palsu, walaupun bisa nampak sangat meyakinkan. Santo Yohanes dari Salib menulis secara sangat langsung dan konkret tentang hal ini: “Allah begitu senang bahwa aturan dan arahan manusia terjadi melalui manusia lain dan bahwa seorang manusia diperintah oleh alasan alamiah sehingga Ia pasti tidak ingin kita memberikan seluruh kepercayaan dalam komunikasi adikodrati atau diteguhkan dalam kepastian dan kekuatannya, hingga pengalaman-pengalaman itu melewati saluran manusia dari mulut manusia lainnya” (II Pendakian Gunung Karmel 22.9).
Ungkapan Santo Yohanes dari Salib yang digunakan di dalam kutipan di atas: “Allah begitu senang.” Dalam bahasa Spanyol Porque es Dios tan amigo yang secara harfiah berarti “Karena Tuhan adalah sahabat.”
Santa Teresa, yang memiliki banyak pengalaman tentang Allah, menasihati para susternya tentang kemungkinan pengalaman-pengalaman adikodrati, dengan menulis: “Setan bisa memainkan banyak tipuan; sehingga tidak ada yang lebih pasti dalam hal ini selain memiliki rasa takut yang lebih besar dan selalu mencari penghiburan dengan memiliki seorang pembimbing yang adalah seorang terpelajar dan tidak me-nyembunyikan sesuatu darinya. Dengan cara ini tidak ada bahaya yang bisa datang” (Riwayat Hidup 25.14).
Karena persahabatan Allah, manusia membimbing manusia.
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 75-76.
0 Comments