MEMAKNAI PANGGILAN DALAM KEBERSAMAAN

Malam itu kami baru saja pulang dari Paroki St. Rosa de Lima, Tondano; menghadiri dan mendukung kelompok Line Dance The Force dari Paroki Hati Kudus, Sonder yang alhamdulillah berhasil menjadi juara I lomba Line Dance mengalahkan sembilan peserta yang diselenggarakan Paroki St. Rosa De Lima, Tondano.

Malam yang sama kami kembali melanjutkan perjalanan ke Biara St. Maria dari Gunung Karmel di Desa Kiawa Satu Barat, Kec. Kawangkoan Utara, Kab. Minahasa, Sulawesi Utara. Ketika kami memasuki kompleks biara, suasana sunyi dan sepi khas karmel terasa memenuhi atmosfir biara. Saudara Steve, seorang OMK (Orang Muda Katolik), berkomentar, “Kok sepi ya, jangan-jangan tidak ada orang”. Ketika mobil di parkir dan kami melanjutkan perjalanan menuruni anak-anak tangga, nampak di teras biara para pastor dan postulan sedang duduk melingkari dua meja sembari bermain kartu remi, di bagian lain ada yang bermain gitar sambil bernyanyi dan di bagian dalam ada yang bermain ular tangga sembari bercanda dan tertawa.

Di atas meja sudah digelar aneka makanan dan buah-buahan segar. Belum lama menunggu datang Pater Adam, salah satu anggota komunitas yang membantu melayani di SMA Lokon, Saint Nikolaus, Tomohon. Pater Agus Pera, OCD sebagai pemimpin biara atau superior pun memberikan aba-aba untuk memulai acara. Dan Frater Mario yang bertugas sebagai MC (Master of Ceremony) segera berdiri dan memandu acara. Postulan berdarah Ambon-Ende ini segera memberi kesempatan kepada Pater Engel, OCD selaku Yubilaris untuk mengungkapkan rasa syukurnya dalam sambutan singkat.

Pater Engelbertus Asromans, OCD atau yang akrab disapa Pater Engel, memulai sambutannya dengan ucapan syukur bahwa perjalanan imamatnya saat ini masih dipertemukan dengan saudara-saudara yang sangat mengenal dirinya, baik kebaikan maupun keburukannya. Hal yang sangat menarik adalah bagaimana imam mudah yang ditahbiskan oleh tangan Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, Uskup Keuskupan Maumere ini, menguraikan satu per satu hal-hal berkesan yang masih diingatnya dengan sangat baik dari para formator sejak dia masih menjalani masa formasi sebagai seorang calon imam atau formandi.

Pater Agus, yang dulu juga pernah menjadi Superior dan Magister di Filsafat. Pater Adam juga yang dulu waktu saya masih postulan dan novis, beliau yang menemani dan mendampingi kami, secara khusus mengajar kami bahasa Latin. Saya masih ingat dulu, Pater Adam pernah memberi saya nilai bahasa Latin nol koma nol sekian.” Kisah Pater Engel yang ditahbiskan bersama ketiga saudara yang lain, Pater Agustinus Padang, OCD; Pater Fransiskus Pala, OCD; dan Pater Hesikius Junedin, OCD. Ruang menjadi pecah oleh gelak tawa para postulan. Namun kembali hening ketika Pater Engel mengatakan bahwa pada saat itu, mereka diajari bahasa Latin dengan menggunakan bahasa Inggris.

Pater Engel kemudian mengungkapkan rahasia kesetiaannya dalam perjalanan panggilan dengan mengutip ungkapan-ungkapan kebijaksanaan dari orang-orang kudus Karmel sebagai inspirasi saat bergumul atau dalam kekeringan. “Pertama, kata-kata dari St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, my vocation is love, panggilanku adalah cinta. Dan saya berusaha untuk mencintai sesungguhnya panggilan saya. Kedua, kata-kata dari St. Teresa Avila, solo Dios basta, Allah saja cukup. Bukan karena kita tidak menerima yang lain, tapi kita harus mendahulukan Tuhan. Ketiga, apa yang dikatakan St. Yohanes dari Salib, lupa doa, lupa segala yang baik. Dan doa merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dan yang terakhir dari kata-kata St. Edith Stein, Ave Cruz Spes Unica, salam salib satu-satunya pengharapan. Saya sering memandang salib dan bercakap dengan salib saat saya dalam kekeringan panggilan.”

Selain mengutip ungkapan orang kudus karmel sebagai inspirasi, Pater Engel juga rupanya menyimpan dengan baik nasihat-nasihat dari para formator ketika dia masih menjadi formandi. “Saya ingat ketika memberikan retret selama satu Minggu kepada kami, Pater Agus pernah berkata, ‘jangan menyembunyikan daging yang busuk di dalam jubah yang kudus.’ “

Pater Adam juga, ketika kami diberi kesempatan membawakan retret atau memberi materi, Pater Adam selalu mendengungkan kata-kata ini, yaitu spiritualitas bulu ketek: sekalipun terjepit, tetap melejit” ungkap Pater Engel disambut tepukan tangan dan gelak tawa para postulan dan seluruh isi ruangan.

Pater Engel lalu melanjutkan, “yang berikut, kata-kata dari Pater Hann, ketika saya masih aspiran, beliau selalu mengatakan be perseverance, ketekunan dan kegigihan. Apapun yang kita hadapi, apapun yang terjadi dalam hidup kita, kita berusaha dan berani untuk bertahan.

Akhirnya, Pater Engel mengungkapkan nasihat yang sangat indah dari Almarhum, Pater Aloysius Deneey, OCD atau yang memiliki panggilan sayang, Opa Alo “We are not called to be friends for each other but brothers for each other, kita dipanggil bukan untuk menjadi teman bagi sesama, tetapi untuk menjadi saudara bagi satu sama lain.” Pater Engel juga mengungkapkan terima kasih kepada para karyawan-karyawati yang telah menjadi penolong, memberikan makanan yang baik sehingga semuanya bisa ceria, bisa tertawa, bisa berdoa dan bekerja dengan baik.

Selamat Ulang Tahun Imamat yang pertama, para saudara dalam Ordo Karmel Tak Berkasut Indonesia, Pater Agustinus Padang, OCD; Pater Fransiskus Pala, OCD; Pater Hesikius Junedin, OCD dan Pater Engelbertus Asromans, OCD. Salam dan doa selalu.

 

Manado, 4 Agustus 2024

Daniel Lobo Oba, OCD

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *