IMAMAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN DALAM HIDUP, PERBUATAN DAN CINTA

(Catatan Misa Syukur 25 Tahun Imamat Pater Damianus Leang Lengari, OCD di Paroki Hati Kudus, Sonder)

Imamat ini adalah kepercayaan dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan dalam hidup, perbuatan dan cinta” ungkap Pater Damianus Leang Lengari, OCD memberikan kata pengantar pada Perayaan Ekaristi Pesta Perak Imamatnya bersama para rubiah Karmel OCD di Biara OCD St. Theresia, Kakaskasen, Manado, Sulawesi Utara, pada Sabtu, 5 Oktober 2024, sehari setelah beliau tiba di Manado untuk merayakan Misa syukurnya nanti di Paroki Hati Kudus, Sonder pada esok harinya.

Misa bersama para rubiah karmel ini merupakan sebuah kegembiraan tersendiri bagi Pater Dami yang ditahbiskan bersama delapan konfrater lainnya pada 5 September 1999 di Bajawa, sebagai imam angkatan perdana bagi Ordo Karmel Tak Berkasut Indonesia. Hadir bersama dalam Misa syukur ini para pastor OCD dan diakon dari Komunitas Hati Kudus Sonder dan Komunitas Postulan Santa Maria Ratu Karmel, Kiawa, bersama beberapa umat yang kebetulan selalu hadir misa pagi di biara.

Misa pagi di Kapela Biara kontemplatif di Kakaskasen, Manado ini dilanjutkan dengan sarapan pagi bersama para suster yang juga menyajikan aneka acara hiburan, di antaranya nyanyian yang diiringi musik tradisional dan lagu yang diciptakan sendiri oleh para suster.
Kehadiran para suster karmel di Indonesia sangat penting bagi para karmelit putra. Bahkan dalam sejarah, merekalah yang mengundang para karmelit putra datang ke Indonesia dan mereka pula yang selalu membantu dan mendoakan para frater (calon imam) dan imam karmelit.
Acara makan bersama dalam suasana persaudaraan ini ditutup dengan doa dan foto bersama. Sebelum meninggalkan biara, saya menggunakan kesempatan meminta beberapa anakan bunga yang sangat indah dari taman biara yang asri dan sejuk ini.
Keesokan harinya, Minggu, 6 Oktober 2024 pagi, kami menunggu Pater Dami di pastoran sementara di Tounelet atas. Sekitar pukul 8 pagi, beliau datang diantar beberapa anggota legioner LC (Legio Christy), sebuah organisasi khusus non struktural yang berada di dalam kelompok kategorial Keuskupan Manado, yang bertugas menjaga aset gereja, termasuk para pastor. Pastor yang memiliki andil besar dalam pembangunan gedung Gereja Hati Kudus Sonder ini dijemput dengan tarian Kabasaran, tarian tradisional masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Tarian ini konon dimainkan oleh para penari laki-laki yang umumnya adalah petani dan penjaga keamanan di desa-desa. Saat bahaya mengancam, mereka akan meninggalkan pekerjaannya dan berubah menjadi Waranei atau Prajurit Perang untuk menjaga dan mempertahankan wilayahnya.


Para penari Kabasaran ini berbaris di kedua sisi jalan yang dilalui Pater Dami yang terlihat berjalan tenang sambil tersenyum. Wajah mereka terlihat garang, pandangan mata melotot dan tanpa senyuman. Dengan panah dan tombak, mereka bergerak cepat, melompat, maju-mundur dan mengayunkan senjata dengan sigap seperti hendak menghabisi musuh. Amat menarik bahwa para penari ini tidak hanya orang dewasa atau OMK saja, namun ada juga anak-anak berusia sekitar 5 tahun yang berada di barisan paling depan menyambut Pater Dami.
Pater Dami kemudian beristirahat sejenak di pastoran sementara, minum kopi, lalu melanjutkan perjalanan ke Gereja untuk merayakan Misa Syukur 25 tahun imamatnya bersama seluruh umat Paroki Hati Kudus Sonder yang sudah menunggu sejak pagi hari.
Pukul 9.30 pagi Misa dimulai dengan perarakan masuk diiringi Tarian Selendang Biru, oleh Kaum Ibu WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) dengan gerak indah nan lembut, lalu Koor menyanyikan lagu pembuka.
Dalam Homili yang dibawakan oleh Pater Hann Riberu, OCD Pastor Paroki Hati Kudus Sonder, beliau menegaskan betapa pentingnya panggilan menjadi imam maupun panggilan hidup berkeluarga sebagai panggilan untuk melayani Tuhan dan sesama. Hadir dalam misa Pater Gerarldus Knaofmone, OCD mantan Pastor Paroki Hati Kudus Sonder yang kini bertugas di Aceh; Pater Anianus Markus Adam, OCD; Pater Claudius Meo Keu, OCD; Pater Engelbertus Asromans, OCD; Diakon Yuventus Bere Seran, dan saya sebagai Pastor Rekan.


Misa yang berjalan khusyuk dan hikmat ini diiringi lagu-lagu amat merdu dari anggota koor Stasi St. Yosef Pekerja, Kiawa dibawa komando dirigen dan Coach, Saudara Jackly yang sekaligus adalah Seksi Liturgi Paroki dan anggota Komsos Paroki.
Setelah Perayaan Ekaristi selesai, diadakan sesi foto bersama Yubilaris dan para imam yang hadir. Foto bersama ini dipandu mulai dari Yubilaris bersama para imam biarawan-biarawati, bersama para tamu undangan, para frater, para anggota koor, anggota selendang biru, anggota LC, dan lain sebagainya.
Setelah sesi foto, acara syukuran ini kembali dilanjutkan dengan resepsi di luar gedung gereja, tepatnya di besmen paroki yang dihiasi baliho berlatar kuning emas dan dipandu Master of Ceremony, Ibu Ika dan saya sendiri.


Dalam sambutannya, Pater Dami, OCD menyampaikan terima kasih kepada para imam dan seluruh umat yang hadir. Imam yang lahir di Lembata pada 10 Maret 1969 ini mengungkapkan betapa bahagianya bisa berjumpa dengan umat yang pernah dilayaninya tujuh tahun lalu ini. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada pastor paroki yang berkenan melanjutkan karya pembangunan dan meminta umat supaya mendukung karya pelayanan ini dengan sungguh-sungguh.
Selain sambutan-sambutan, resepsi ini diisi dengan aneka acara hiburan seperti nyanyian, tarian ja’i, tebe, line dance, dan tari jajar pasutri. Bahkan Tari Jajar yang dibawakan oleh OMK St. Katarina dari Siena, Paroki Hati Kudus Sonder tampak menghipnotis Bapa Uskup Manado, YM. Mgr. Benediktus Estephanus Roli Untu, MSC yang baru bisa datang sore hari karena ada agenda lain. Terlihat beliau terus-menerus ikut bersenandung sejak awal lagu hingga usai.

Selain Tari Jajar yang dibawakan oleh OMK, orang tua pun tak mau kalah aksi. Dengan berpasangan, tampil menari indah beberapa pasangan orangtua dari Stasi Rambunan membawakan Tari Jajar Pasutri. Meski usia sudah jauh mendekati senja, mereka masih lincah bergerak anggun membawakan tarian berpadu lagu yang indah dan bermakna.

Tari Jajar atau dalam Bahasa Belanda “Reidans” ini dimulai pada 1937 oleh dr. HAPC Omen di Rumah Sakit Marien Heuvel (Rumah Sakit Gunung Maria sekarang) yang awalnya dibawakan para perawat di Rumah Sakit itu, lalu dibawakan oleh Mudika (Muda-mudi Katolik, sekarang OMK) di Tomohon.
Dalam sambutannya beliau mengucapkan selamat dan profisiat kepada Pater Dami atas pelayanannya, bersama semua imam OCD di Keuskupan Manado, baik yang berkarya di biara dan lembaga lainnya, maupun yang melayani di paroki. Beliau juga kembali menegaskan betapa pentingnya menggalakkan kembali Tari Jajar yang menjadi ciri khas orang Katolik di Minahasa.

Selamat ya Pater Dami, sudah 25 tahun dalam imamat itu pasti bersyukurnya besar sekali. Saya yang masih dua tahun imamat ini semoga bisa juga seperti beliau ya. Amin ya Amin.

Manado, 6 Oktober 2024
P. Dhany, OCD

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *