Tanggal 4 Mei 2024, bagi sebagian besar orang hanyalah salah satu tanggal biasa dalam kalender romawi, seperti juga semua tanggal lain dalam bulan Mei. Namun tidak bagi para rubiah Biara Karmel St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Kakaskasen, Manado. Bagi para suster kontemplatif di Keuskupan Manado ini, 4 Mei 2024 adalah sebuah hora sancta atau waktu suci yang menandai 75 (tujuh puluh lima) tahun kehadirannya di Tanah Minahasa.
Tepat pukul 09.00 pagi di tanggal paling bersejarah bagi para rubiah yang menghabiskan seluruh hidup mereka di dalam tembok biara itu memulai Perayaan Ekaristi ucapan syukur atas penyelenggaraan Allah dalam keberadaan mereka sekian lamanya itu.
Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Bapa Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Benediktus Estephanus Roli Untu, MSC ini dihadiri hampir 40-an imam konselebrantes para para suster, pemerintah, tokoh masyarakat dan ribuan umat.
Dalam homilinya, Bapa Uskup Roli menegaskan betapa istimewanya keberadaan biara para suster kontemplatif ini di Keuskupan Manado. Mereka telah menjadi pendoa bagi para imam dan tekun menghayati semangat hidup persaudaraan dan matiraga dalam keheningan.
Pater Definitor General OCD yang juga hadir, Pater Christianus Surinono, OCD dalam sambutannya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih terutama kepada para suster. Atas nama Pater General, beliau mengungkapkan kekagumannya kepada para suster, “ini bukan 75 tahun kesuksesan, tapi 75 tahun kesetiaan.” Dalam kesempatan yang sama beliau juga membacakan doa dan berkat dari Bapa Suci, Paus Fransiskus bagi para suster pada momen perayaan 75 tahun keberadaannya di manado ini.
Turut hadir dalam perayaan syukur ini Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey dan Ketua TP PKK Provinsi Sulut, Rita Tamuntuan. Dalam sambutannya, Bapak Gubernur mengucap terima kasih atas kehadiran para suster di Sulawesi Utara. Beliau mengutip juga motto hidup St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, pelindung biara ini, “Lakukanlah perbuatan-perbuatan kecil dengan cinta yang besar.”
Perayaan dilanjutkan dengan foto bersama, doa dan santap siang bersama.
Pada pukul 12.00 setelah berdoa Regina Caeli, pintu clausura biara dibuka dan seluruh umat dipersilakan masuk melihat ke dalam biara. “Pintu biara dibuka untuk umum setiap 25 tahun sekali,” tutur Romo Agustinus Sumaraw, Pr (76 tahun) seorang imam yang menjadi saksi sejarah keberadaan biara ini.
Masuk ke dalam biara, umat langsung disuguhkan dengan tarian yang diiringi alat musik seperti harmonika, biola, dan kolintang yang membentuk harmoni yang indah. Di beberapa pojok ruangan telah dipajang barang-barang antik sejak jaman Belanda. Pada pinggiran tembok sepanjang koridor dihiasi potret-potret kegiatan para suster pada marmer yang indah mengkilap. Ada juga aneka souvenir menarik seperti handuk kecil, gantungan kunci, hiasan meja, rosario dan buku-buku doa, miniatur para suster dengan kegiatan yang mereka lakukan dan lain sebagainya.
Ketika menuju pintu keluar, ada stand pameran aneka hasil bumi dari kebun para suster yang subur dan segar bagaikan ucapan perpisahan dan terima kasih yang hangat. Selamat dan profisiat ya para suster, atas kehadiran dan kesetiaannya 75 tahun mendoakan para imam, gereja dan dunia. Semoga para saudaramu bisa sampai di usia berlian itu juga. Aminnn.
Manado, 5 Mei 2024
P. Daniel Lobo Oba, OCD
terima kasih bro untuk ulasanya. 🙏🏻😇
Makasih kembali Pater Johny.