AROMA SABDA – Selasa, 26 Maret 2024

HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI (U)
Yes. 49:1-6; Mazmur 71:1-2.3-40.5-6b.15.17; Yoh 13:21-33 26

BACAAN INJIL: Yoh. 13:21-33

Di dalam perjamuan paskah dengan murid-murid-Nya, Yesus sangat terharu, lalu
bersaksi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan
menyerahkan Aku.” Murid-murid itu mamandang seorang kepada yang lain;
mereka bertanya-tanya siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid-murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata,
“Tanyakanlah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Murid yang duduk dekat Yesus itu
berpaling dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dia
adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian, Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan iblis. Maka, Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. Sesudah Yudas pergi berkatalah Yesus, “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan, dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku tinggal sedikit waktu saja Aku bersama kamu. Kamu akan mencari Aku dan seperti telah Kukatakan kepada orang-orumg Yahudi ‘ke tempat Aku pergi tidak mungkin kamu datang’ demikian pula Aku mengatakannya sekarang kepada kamu.” Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Sahut Yesus, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”

RENUNGAN
Berdasarkan apa yang dikisahkan dalam peristiwa makan bersama Yesus dengan
para murid-Nya kita dapat menemukan beberapa pesan. Melalui kisah ini kita
dapat mengetahui siapa murid Yesus yang akan mengkhianati dan menyangkal-Nya.
Mereka adalah Yudas dan Petrus. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas itu bukan
pada saat makan bersama dengan Yesus melainkan telah direncanakannya dengan
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Sehingga, ketika ia menerima roti itu,
semua rencana jahatnya tersingkap dengan tanda bahwa ia kerasukan iblis. Maka,
yang sesungguhnya bukan roti itu yang membuatnya kerasukan melainkan melalui
sarana suci itu segala rencana jahatnya itu menjadi terbuka. Artinya, ketika orang
bersama Allah, ia akan disadarkan bahwa ia telah berdosa, bersalah, maka diperlukan
pertobatan. Sikap berbeda justeru ditunjukkan Petrus ketika mengetahui bahwa ia
telah bersalah karena menyangkal Gurunya. Ia langsung menyesal, bertobat dan
mengambil sikap untuk kembali. Bahkan, dalam kisah selanjutnya, justru Petrus
tampil sebagai orang yang dengan seluruh jiwa dan raganya dipertaruhkan untuk
membela imannya akan Yesus.
Melalui kisah keduanya kita dapat mengetahui bahwa kebebasan dan keputusan
pribadi manusia akan sangat menentukan. Sehingga dalam hal ini Yudas adalah
pelaku pengkhianatan itu. Ia ada bersama Yesus, tetapi perilaku hidupnya jauh
dari cara dan ajaran Yesus. Ia hanya mengakui Yesus sebagai guru dan Tuhannya
tetapi hatinya diabdikan untuk mengejar kepentingan diri dan kuasa jahat. Berbeda
dengan Petrus yang justru ketika berada pada situasi gelap ia berusaha untuk
mencari cahaya Ilahi dengan sebuah sikap penyesalan yang amat mendalam dan
niat untuk berubah serta kembali pada jalan yang benar.
Kisah makan bersama ini hendak menegaskan bahwa sangat dibutuhkan adanya
sikap tegas atas diri dengan keyakinan dan pengakuan iman yang total. Diperlukan
adanya kesesuaian hidup antara kata dan tindakan; diperlukan suatu kesadaran
bahwa iman itu perlu dipertanggungjawabkan dalam kehidupan harian. Maka,
amat penting memiliki kesadaran untuk mengolah jiwa dan raga, dan adanya sikap
terbuka pada rahmat Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh St. Teresa Avila,
“Tuhan memberi aku anugerah yang begitu besar, sehingga kejahatan dalam diriku
menghilang dan Tuhan memberi aku kekuatan untuk memutuskan hubungan
dengan segala kejahatan” (H. 21,10). • (P. Agus Joni Oliviera, OCD)

Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *