AROMA SABDA – Selasa, 02 April 2024

HARI SELASA DALAM OKTAF PASKAH (P)
Kis. 2:36-41; Mazmur 33:4-5.18-19.20.22; Yoh 20:11-18

BACAAN INJIL: Yoh. 20:11-18
“Aku telah melihat Tuhan, dan Dialah yang mengatakan hal-hal itu kepadaku.”

Setelah makam Yesus kedapatan kosong, Maria Magdalena berdiri dekat kubur
dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah
olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah
kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria
kepada mereka, “Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana la diletakkan.”
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang, dan melihat Yesus
berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya,
“Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka
orang itu adalah penunggu taman. Maka ia berkata kepada-Nya, “Tuan, jikalau
Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana Tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!” artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

RENUNGAN
Hari ini kita kembali diajak untuk merenungkan perjumpaan antara Tuhan
yang bangkit dengan seorang wanita yang memiliki ikatan emosional yang sangat
mendalam dengan Dia, yaitu Maria Magdalena. Ikatan emosional di antara
mereka sempat mengalami krisis yang muncul karena perpisahan dan krisis ini
sempat membuat Maria Magdalena merasakan kehilangan makna kehidupannya.
Mungkin karena krisis yang belum teratasi ini, muncul kesalahpahaman yang tak
terhindarkan, yang terjadi di dalam hubungan di antara mereka berdua. Maria
Magdalena tampaknya adalah wanita yang ‘jatuh cinta’ dengan Yesus. Karena itu, ia
sempat merasakan adanya sesuatu yang hilang ketika Yesus berpulang. Meskipun
demikian, cintanya kepada Yesus tak bisa dilenyapkan oleh kematian dan ini terbukti
melalui kesediaannya untuk segera pergi ke kubur Yesus ketika keadaan sudah
memungkinkan. Melalui sikapnya ini, sebenarnya ia mau menunjukkan kepada kita
bahwa cinta sejati mendorong orang untuk tidak menyerah di tengah kesulitan. Hati
yang dipenuhi cinta kepada Tuhan tak bisa dihentikan oleh ketakutan, kecemasan
dan bahkan oleh penampakan malaikat. Meskipun demikian, di dalam situasi seperti
ini ada bahaya bahwa orang itu terlalu terpaku kepada usaha mencari Tuhan tanpa
menyadari bahwa sebenarnya saat itulah Ia sedang lewat sehingga kehadiranNya
terkesan mengejutkan. Rasanya menarik untuk direnungkan bahwa Maria Magdalena merasa terkejut ketika dipanggil dengan namanya. Keterkejutan ini menyadarkannya bahwa ia dicintai oleh Tuhan. Meskipun demikian, ia terus mencintaiNya secara manusiawi, bahkan cenderung ingin menguasai Tuhan melalui cara yang egois. Karena itu, perintah untuk “Jangan menyentuhKu” sebenarnya adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa cinta manusiawi kerap kali dipengaruhi oleh kelekatan atau ketergantungan yang muncul karena rasa takut terhadap kesepian. Dengan cara yang sama, Tuhan menunjukkan bahwa cinta sejati bukanlah sesuatu yang egois, sebab orang yang sungguh mencintai seharusnya memberi kebebasan kepada orang yang dicintainya untuk mewujudkan harapannya. Melalui cara yang sama, Tuhan mengundang kita untuk mengenali bahwa ada banyak ungkapan cinta yang menutup perkembanganorang yang dicintai, yang sebenarnya hanyalah jebakan emosional yang menjerat orang lain. Padahal, cinta yang sejati menuntut kebesaran hati untuk membiarkan orang lain untuk bertumbuh semakin dewasa dan menentukan sikapnya pada waktunya. Tuhan mengajak kita untuk belajar mencintai secara dewasa agar kita
tidak terjebak untuk mengikat Dia menurut cara pikir manusiawi kita. • (P. Albert Indra, OCD)

Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *