HARI MINGGU PALMA (M)
BcPerarakan: Mrk. 11:1-10. BcE Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1-15,47 (panjang) atau Mrk. 15:1-39 (singkat).
BACAAN SEBELUM PERARAKAN: Mrk. 11:1-11
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: ”Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.” Mereka pun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: ”Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapa kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.
RENUNGAN
Ada beberapa pesan yang hendak direnungkan sehubungan dengan perayaan
hari ini. Pertama, hari ini semua orang Katolik memasuki sebuah pekan yang
amat penting dalam ziarah iman kita. Tetapi kali ini perayaan pekan suci ini bisa
dijalankan sebagaimana mestinya, tidak seperti beberapa tahun yang lalu dimana
semua aktivitas menjelang perayaan dibatasi termasuk berbagai kesibukan untuk
mempersiapkan perayaan iman ini. Suasana di tahun ini berubah. Semarak liturgi
dengan lantunan musik pun dapat dirasakan, sehingga suasana hikmat, hening dan
damai menghantar umat untuk lebih mendalam merenungkan karya Allah dalam
hidupnya.
Kedua, bacaan Injil kembali menarasikan kisah sengsara Tuhan. Ia diadili, dijatuhi
hukuman mati, didera, disalibkan dan wafat. Kisah penderitaan dan wafat Tuhan ini
melibatkan beberapa tokoh agama, pemerintah/kerajaan, rakyat biasa, penjahat,
pengkhianat, para murid Yesus, dll. Kehadiran tokoh-tokoh itu mengungkapkan
bahwa kematian Tuhan itu bukan hal yang biasa saja, tetapi ada kisah iman, pesan
bermakna dan pengorbanan tiada batas serta kematian demi keselamatan manusia.
Kehidupan manusia yang harus dibayar dengan pengorbanan dan kematian. Hal
ini dilakukan agar manusia tahu bahwa betapa hidup itu begitu mahal harganya,
karena dianugerahkan oleh Tuhan, diberi secara cuma-cuma, milik Allah. Ketiga, kisah ini dimulai dengan penyambutan Tuhan menuju Yerusalem dan
yang kini dirayakan dengan Minggu Palma. Setiap tahun perayaan Minggu Palma ini
selalu dilaksanakan begitu meriah dengan rute perarakan dan ekspresi iman yang
penuh sukacita.
Keempat, adapun atribut dalam sukacita Minggu Palma ini yaitu semua umat
diminta untuk membawa daun-daun palma atau sejenisnya untuk dilambaikan secara
meriah dalam menyambut Sang Juru Selamat memasuki Yerusalem. Yerusalem yang
adalah kota damai juga merupakan diri dan rumah kita masing-masing, dimana orang
secara pribadi dan bersama dalam Gereja dan keluarganya menyambut Yesus untuk
masuk dalam rumah-rumah hati dan hidupnya. Rumah hidup yang ada tempat, ada
hati dan ada manusia yang membuka diri untuk didatangi Tuhan. Selain itu juga
situasi rumah, keluarga dan komunitas, dimana semua merasakan ada kehangatan
kasih, damai, diterima, dicintai, dirangkul, saling menguatkan, meneguhkan. Tempat
orang membiarkan agar keledainya ditunggangi oleh Tuhan. Simbol ketulusan,
pengorbanan, kerelaan untuk berbagi dan saling membantu dengan sepenuh hati.
Gambaran orang yang pintu hati dan rumahnya selalu terbuka untuk didatangi,
pintu kerendahan hati, kesederhanaan, keterbukaan, kejujuran.
Kelima, inilah perayaan Minggu Palma yang sesungguhnya. Saat Allah mendatangi
Yerusalem atau rumah kita masing-masing, tempat semua anggota keluarga
berkumpul merayakan pesta iman dengan penuh sukacita. Perayaan Yesus diarak
masuk ke rumah dan komunitas kita masing-masing. Membiarkan Ia tinggal dan
mengalami semua peristiwa hidup kita, suka-duka, perjuangan, hidup, karya
maupun kesuksesan dan kegagalan, sakit penyakit, dan seluruh peristiwa hidup.
Kehadiran-Nya hendak menegaskan kembali kasih Allah yang meneguhkan harapan
orang beriman, bahwa penyertaan-Nya itu sampai akhir zaman. Ia yang selalu hadir
untuk meneguhkan keyakinan orang beriman di tengah pergumulan, perjuangan,
termasuk penderitaan, sakit, air mata serta penderitaan. Sehingga kematian-Nya
merupakan jawaban tuntas akan kasih-Nya yang menyelamatkan. Sebagaimana
dinasehatkan oleh St. Teresa Avila, “Tuhan tidak pernah mengabaikan kamu, Ia akan
membantu kamu di dalam semua cobaan” (Jalan Kesempurnaan, no. 26). • (P. Agus Joni Oliviera, OCD).
Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)
0 Comments