Hari Minggu Biasa IV (H)
Ul. 18:15-20; Mzm. 95:1-2.6-7.7-9; 1Kor. 7:32-35; Mrk. 1:21-28
BACAAN INJIL: Mrk. 1:21-28
Pada awal karya-Nya Yesus beserta murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu, di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau, yakni Yang Kudus dari Allah!” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya, “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya, “Apa ini? Suatu ajaran baru? Guru ini berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun Ia perintah, dan mereka taat kepada-Nya!” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Yesus ke segala penjuru di seluruh daerah Galilea.
RENUNGAN
Kapernaum adalah pusat kegiatan Yesus di Galilea. Ditemani oleh para rasul-Nya, Ia mewartakan kedatangan Kerajaan Allah. Ia membawa suatu ajaran baru, sehingga kerap dihadapkan dengan banyak tantangan. Juga karena Yesus memilih Hari Sabat dan Sinagoga menjadi hari dan tempat mengajar-Nya. Mengenai hal ini betapa seringnya kita temui dalam Injil-Nya. Namun, Tuhan tidak pernah merasa takut dengan mereka yang menolak ajaran-Nya. Orang-orang bahkan bisa melihat perbedaan antara ajaran Yesus dan pengajaran para ahli Taurat. Antara panggilan untuk mengasihi dan formalisme keagamaan. Yesus tampil dengan sabda-sabda pembebasan yang membebaskan orang dari ikatan perbudakan, gagasan-gagasan palsu, tuhan-tuhan palsu, dan praktek-praktek penipuan. Tuhan menghendaki agar kita menjadi merdeka agar bisa membaktikan diri pada apa yang Tuhan kehendaki dari kita, yaitu untuk ambil bagian dalam Kerajaan-Nya. Dalam kata-kata St Paulus, yaitu bebas untuk mencintai.
Mereka yang mendengarkan Yesus itu kagum. Apa yang mereka dengar itu adalah “Satu ajaran baru dengan penuh kuasa”. Ajaran yang mengubah mentalitas; ajaran baru yang berlawanan dengan yang palsu. Tetapi yang perlu diketahui bahwa ajaran tentang kasih itu selalu baru. Karena itu, Ia mengajak kita juga untuk mengabaikan kepentingan diri dan formalisme dalam mengambil jalan kemurahan dan konsistensi. Pada awal misi-Nya, Yesus, seperti yang dikisahkan penginjil Markus, dikenal sebagai Yesus dari Nazaret, penentang kekuatan jahat. Kita hendaknya melanjutkan karya penyebaran injil kerajaan damai dan keadilan ke tempat lainnya. Sampai ke ujung bumi dan di kedalaman hati kita. Allah menghendaki agar kita bebas mendengarkan apa yang juga Dia percayakan melalui nabi-nabi-Nya. Hal inilah yang dinyatakan Rasul Paulus dalam karyanya. Betapa mulia dan pentingnya tugas memaklumkan Sabda Allah, bahkan jauh lebih penting daripada tugas lainnya. • (P. Yohanes Preta Manuk, OCD)
Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)
0 Comments