AROMA SABDA – Rabu, 24 Januari 2024

Pw. S. Fransiskus dr Sales, UskPujG (P)
2Sam. 7:4-17; Mzm. 89:4-5,27-28,29-30; Mrk. 4:1-20

BACAAN INJIL: Mrk. 4:1-20

Pada suatu hari Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:  “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.  Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.  Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”  Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.  Jawab-Nya: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,  supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.”  Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?  Penabur itu menaburkan firman.  Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.  Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,  tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.  Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,  lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.  Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”

RENUNGAN

Sesungguhnya, ada tiga hal yang ditampilkan penginjil dalam perikop ini: Penabur, benih, dan tanah atau lahan. Apa yang mau dilambangkan dengan tiga hal ini? Pertama, Penabur adalah Dia atau Pekerja kebun yang dipercayakan oleh Tuan kebun untuk menyebarkan benih pada lahan yang sudah dipersiapkan. Kedua ialah benih-benih pilihan, bibit unggul yang sudah dipersiapkan untuk disebarkan. Ketiga adalah tanah yang sudah dipersiapkan penggarap untuk ditanami. Menurut perumpamaan Injil hari ini, Penabur itu adalah Kristus sendiri. Dia telah menjelma ke dalam dunia dan dipercaya oleh Allah Bapa-Nya untuk menyebarkan benih di dunia. Benih yang disebarkan itu adalah Sabda dan teladan hidup-Nya. Barang siapa merawat dengan baik benih itu dalam hati yang baik, akan menghasilkan buah berlipat ganda. Dalam arti, siapa yang menerima Kristus, akan berbuah.

Sesungguhnya yang sangat diperlukan dan yang hendaknya mendapat perlakuan yang khusus adalah “tanah”. Perlakuan khusus itu dengan cara digembur, dipupuk dan dialiri air dan mendapat sinar matahari secukupnya agar menghasilkan buah berlimpah. Tanah yang di maksud itu adalah tubuh kita, hidup kita sendiri. Hendaknya kita merawat hidup kita juga agar berhasil atau menghasilkan buah berlimpah. Dengan tuntunan firman Tuhan hari ini, mari kita mulai lebih menaruh perhatian kepada “tanah,” lambang hidup kita. Kita kembangkan hidup yang adalah anugerah Tuhan Sang Penabur yang pertama dan utama itu, sehingga hidup ini pun sungguh-sungguh menjadi berkat berlimpah. • (P. Yohanes Preta Manuk, OCD)

Baca versi lengkap bacaan dan renungan harian:
Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)

1 Comment

  1. Diana R. Barus

    Amin…. semoga hidup kami betlimpah Rqhmat Tuhan utk berbagi dgn sesama.

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *