“Jika Engkau masih mengingat dosa-dosaku sedemikian sehingga Engkau tidak melakukan hal yang kumohon dariMu, terjadilah kehendakMu dalam hal-hal itu ya Allahku, sebab itulah hal yang paling kuinginkan dan jalankanlah kebaikan dan kerahimanMu, dan Engkau akan dikenal di dalam hal-hal itu”
(Ucapan-Ucapan tentang Cahaya dan Cinta 26).
Ada sebuah aspek dalam doa ini yang sulit dideteksi di dalam Bahasa Inggris, tetapi yang tampak nyata dalam Bahasa Spanyol. Aspek itu adalah aspek keakrabannya. Dalam Bahasa Inggris kita hanya memiliki satu cara untuk mengatakan ‘engkau’ baik secara tunggal maupun jamak. Dikau (thee, thine) digunakan untuk bentuk tunggal dari engkau. Ungkapan itu telah melintasi zaman dan sungguh tidak dimengerti dalam bentuk yang akrab. Di sisi lain, Bahasa Spanyol memiliki banyakcara untuk mengatakan “engkau” “Tu” adalah “engkau” yang tunggal dan akrab; “usted” adalah
“Anda” yang tunggal dan formal; “vosotros” adalah “kamu” yang jamak dan akrab; “ustedes” adalah “Anda-Anda” yang jamak dan formal; “vos” adalah “Anda” yang tunggal dan sangat formal. Bentuk yang digunakan di dalam doa ini adalah bentuk yang tunggal dan akrab. Dalam kenyataannya, dalam liturgi Gereja, semua doa yang diarahkan kepada Allah menggunakan bentuk yang akrab dalam bahasa Latin.
Catatan kedua dari keakraban itu ditemukan dalam doa ini, dalam permohonan ini. Berbagai permohonan diungkapkan sebagai perintah. Dan lagi, perintah-perintah diungkapkan dalam bentuk yang paling akrab. “Terjadilah kehendakmu” “jalankan kah kebaikanmu” dan dalam seluruh doa. Kata “mohon” tidak digunakan di dalam doa ini. Di dalam doa kita memerintahkan Allah.
Bagaimana hal itu mungkin? Hal itu mungkin karena Allah jatuh cinta kepada kita. Cinta membuat doa-doa kita menjadi mendesak. Dandesakan cinta memberi kita hak untuk berbicara kepada Allah dalam istilah-istilah yang akrab. “Saat Allah dicintai Dia sangat siap menjawab berbagai permohonan dari sang kekasihNya” (Madah Rohani 1.13). “Karena Allah… jika orang hidup dalam harmoni dengan Dia dan melakukan kehendakNya, Ia akan memberi kepada mereka apapun yang mereka inginkan” (III Pendakian Gunung Karmel 44.3).
Hal pertama yang diungkapan oleh jiwa yang telah disentuh oleh cinta Allah ini adalah meminta pengampunan. Permohonan pengampunan tidak datang dari sebuah rasa bersalah. Permohonan ini datang dari desakan karena kerinduan kepada Allah.
“Hal-hal yang kumohon dariMu” adalah tema pusat dari pertanyaan pertama ini, yaitu bahwa jiwa meminta Allah. Jiwa ini tahu bahwa Allah sedang mencarinya. “Pertama-tamaharus diketahui bahwa jika seseorang mencari Allah, Sang kekasih sedang lebih mencari orang itu” (Nyala Api Cinta yang Hidup 3.28). Sebaliknya, jiwa ingin ditemukan.
“Jika Engkau masih mengingat dosa-dosaku.” Mengetahui bahwa Allah sedang mencari jiwa dalam cinta, jiwa bertanya apakah itu karena dosa-dosa masa lalu sehingga Allah sedang menyembunyikan diriNya dari dia? Santo Yohanes dari Salibmengajarkan kita bahwa Allah tidak mena- han masa lalu kita bagi kita. “Dan saat Ia telah menghapus dosa dan keburukan ini, Ia tidak lagi menyalahkan jiwa karena itu, atau gagal untuk membagikan lebih banyak rahmat, karena Ia tidak pernah menghakimi satu hal dua kali” (Madah Rohani 33.1).
Ada banyak alasan untuk mengingat dosa dan masa lalu kita. Di tempat yang sama, Santo Yohanes dari Salib menulis: “Ada 3 alasan bagi jiwa untuk tidak akan melupakan dosanya: pertama, jiwa selalu memiliki sebuah alasan untuk melawan kesombongan; kedua untuk memiliki penyebab untuk berterima kasih; ketiga untuk mendorong dirinya kepada kepercayaan diri yang lebih tinggi” (Madah Rohani 33.1).
Mengapa Anda jangan pernah melupakan dosa-dosa Anda? Untuk membuat Anda rendah hati, bersyukur dan percaya diri; bukan untuk membuat Anda merasa bersalah!
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 143-145. .
0 Comments