HARI BIASA PEKAN II PASKAH (P)
Kis 5:34-42; Mzm 27:1,4,13-14; 12 Yoh 6:1-15
BACAAN INJIL: Yoh. 6:1-15
“Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak yang duduk di situ, sebanyak
mereka kehendaki.”
Pada waktu itu Yesus berangkat ke seberang Danau Galilea, yaitu Danau Tiberias.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat
mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang
sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika
itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang
sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang
kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus,” di manakah kita akan membeli roti,
sehingga me-reka ini dapat makan?” hal itu dikatakan-nya untuk mencobai dia,
sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya,
“roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-
masing mendapat sepotong kecil saja!” seorang dari murid-murid-Nya yaitu
Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, “di sini ada seorang anak,
yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; tetapi apakah artinya untuk
orang sebanyak ini?” kata Yesus, “suruhlah orang-orang itu duduk!” adapun
di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu
laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur, dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya
dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan seteleh mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “kumpulkanlah potongan-potongan
yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya,
dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan yang lebih
dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat
mukjizat yang telah diadakan Yesus, mereka berkata,”Dia ini benar-benar nabi
yang akan datang ke dalam dunia!” karena Yesus tahu bahwa mereka akan datang
dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja, Ia menyingkir lagi
ke gunung seorang diri.
RENUNGAN
Dalam narasi Injil hari ini, kita temukan ada orang banyak, meskipun berbedabeda,
dipersatukan oleh rasa lapar. Tuntutan kebutuhan tubuh manusia dan
kerumunan murid bertemu Yesus di tempat terpencil, sehingga menimbulkan masalah logistik. Bagaimana memberi makan orang banyak di tempat terpencil?
Situasi ini mengingatkan kita pada situasi Israel di padang gurun, yang secara ajaib
diberi makan manna oleh Tuhan. Yesus, sebagai Musa yang baru, memberi makan
orang banyak dari keterbatasan yang mereka miliki. Yesus memecahkan masalah
materi dan manusia serta meninggalkan kita sebuah ajaran yang sangat penting
bagi kita, para pengikutnya: solidaritas. Artinya, kita harus dapat berbagi sedikit
atau banyak dari apa yang kita miliki. Namun, bertindak dan mengatasi rasa lapar
ini saja tidaklah cukup: roti yang dibagikan Yesus, manna yang baru dan pasti, juga
ditakdirkan untuk memuaskan rasa lapar lainnya yang lebih mendalam dan pasti:
rasa lapar akan kebaikan dan keselamatan, rasa lapar akan kebenaran dan keadilan,
rasa lapar untuk Tuhan. Pesan Kristiani tidak dapat direduksi menjadi sebuah wacana
solidaritas sosial, meskipun hal ini juga merupakan persyaratan iman yang sejati.
Dari semua perbuatan yang dilakukan Yesus selama aktivitas kenabiannya, yang
paling diingat oleh umat Kristiani mula-mula tentunya adalah acara makan besar-besaran yang diselenggarakan olehnya di tengah pedesaan, dekat Danau Galilea.
Ini adalah satu-satunya episode yang dikumpulkan dalam seluruh Injil. Isi ceritanya
sangat kaya. Sesuai dengan kebiasaannya, Injil Yohanes tidak menyebutnya sebagai
“mukjizat” melainkan “tanda.” Dengan demikian, beliau mengajak kita untuk tidak
terpaku pada peristiwa yang dikisahkan, namun menemukan makna yang lebih
dalam melalui keimanan. Yesus menempati tempat sentral. Bagaimana memberi
makan orang banyak di tengah pedesaan? Para murid tidak menemukan solusi apa
pun. Filipus mengatakan mereka tidak bisa berpikir untuk membeli roti karena tidak
punya uang. Andreas berpikir bahwa mereka dapat berbagi apa pun yang ada, tetapi
hanya satu anak laki-laki yang memiliki lima potong roti dan beberapa ikan. Apa
gunanya bagi banyak orang? Bagi Yesus itu sudah cukup. Pemuda pemilik lima roti
dan ikan, tanpa nama atau wajah, akan mewujudkan apa yang tampaknya mustahil.
Kesediaan kita untuk membagikan semua yang kita miliki adalah cara untuk
memberi makan orang-orang tersebut. Yesus akan melakukan sisanya. Dia mengambil
roti pemuda itu di tangannya, bersyukur kepada Tuhan dan mulai “membagikannya”
kepada semua orang. Pemandangannya sangat menarik. Kerumunan, duduk di
rumput hijau lapangan, berbagi makanan gratis di hari musim semi. Ini bukan jamuan
makan orang kaya. Tidak ada anggur atau daging. Makanan sederhana masyarakat
yang tinggal di tepi danau adalah roti jelai dan ikan asin. Perjamuan persaudaraan
disajikan oleh Yesus kepada semua orang berkat sikap murah hati seorang pemuda.
Bagi umat Kristiani mula-mula, jamuan makan bersama ini merupakan simbol yang
menarik dari komunitas yang lahir dari Yesus untuk membangun kemanusiaan yang
baru dan persaudaraan. Maka, jika ada saudara kita yang kelaparan itu bukan karena
kurangnya makanan tetapi karena tidak adanya solidaritas. Mari kita bersolider
dengan sesama kita. • (P. Sakarias Abduli, OCD)
Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)
Amin
Semoga kami dpt mewujudkan apa yg diinginkan Tuhan Yesus. Bersolidaritas
Aminnnnnn, Solo Dios Basta