“Dan kebenaran tentang hal-hal itu adalah bahwa jika pesona ilahi itu asli, semua hal ini akan terjadi: jiwa menerima akibat dan manfaat yang disebutkan. Jika hal-hal ini tidak muncul, saya akan sangat meragukan bahwa pesona ilahi itu datang dari Allah” (Riwayat Hidup 20.23).
Selagi badan sedang mengalami fenomena eksterior, jiwa juga sedang mengalami sesuatu yang disebabkan oleh pengalaman yang sama. Itulah pengalaman interior yang menguji kebenaran atas pengalaman eksterior.
Apa itu akibat-akibat interior? Pertama adalah suatu kesadaran agung tentang kuasa Allah. Allah adalah pusat. Allah hidup dan begitu hidup sehingga jiwa kelihatan mati (bdk. Riwayat Hidup 20.18).
Akibat kedua adalah hadirinya kerendahan hati. “Kerendahan hati yang mendalam diletakkan bagi jiwa” (Riwayat Hidup 20.7). Kerendahan hati ini ditemani oleh suatu rasa takut yang kuat. “Tetapi rasa takut seperti itu ditemani oleh suatu cinta yang sangat besar kepadaNya” (Riwayat Hidup 20.7). Rasa takut ini bukanlah satu hal untuk takut terhadap Allah, tetapi takut melukai seseorang yang baik terhadap kita.
Akibat ketiga adalah hal yang disebut oleh Santa Teresa sebagai suatu kelepasan yang langka. Ia berbicara tentang suatu “pengasingan” yang baru dari segala yang ada dalam hidup ini. Tidak ada sesuatu pun yang bisa menarik jiwa jauh dari Allah.
Akibat keempat adalah rasa sakit. Kerinduan kepada Allah begitu kuat sehingga menyakitkan. Inilah rasa sakit karena kerinduan terhadap Allah yang dirasakan di dalam jiwa dan badan.
Menurut para orang kudus kita dan pemahaman umum dari semua orang kudus, tanda satu-satunya yang menunjukkan kebenaran dari sebuah pengalaman fenomenal adalah cara pengalaman itu mengubah seseorang menjadi lebih baik. Seperti telah kita lihat dengan Santa Teresa, jika kerendahan hati bukanlah hasil dari doa Anda, dengan cara apa pun Anda berdoa, ada sesuatu yang salah dengan doa Anda.
Rasa sakit yang dibicarakan oleh Santa Teresa bukan rasa sakit yang menghancurkan jiwa. Itulah rasa sakit akibat pemurnian, pembersihan, pertumbuhan: “Dalam rasa sakit ini jiwa dimurnikan dan dibentuk atau dibersihkan seperti emas dalam tempat penyepuh sehingga mungkin terjadi di sana anugerah yang terlapis secara lebih baik dan dalam doa ini jiwa dibersihkan dari hal-hal yang jika tidak dibersihkan akan membuat kita dibersihkan di api penyucian” (Riwayat Hidup 20.16).
Santo Yohanes dari Salib melakukan pengamatan yang sama dalam buku kedua Malam Gelap. Jiwa yang dipanggil kepada pesona ilahi, ekstase dan pengalaman-pengalaman lainnya, jika pengalaman-pengalaman itu asli dari Allah, mengalami sebuah rasa sakit atas pemurnian seperti pemurnian dalamapi penyucian. Santo Yohanes dari Salib menyebutnya “pemurnian ekstrem melalui cinta” (II Malam Gelap 20.5).
Inilah hasil dari pengalaman fenomena asli tentang doa: “Jiwa menjadi bersemangat melayani Tuhan bukan hanya sedikit, melainkan sebanyak yang bisa dilakukannya” (Riwayat Hidup 20.23).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 136-137.
0 Comments