“Ia tidak pernah lelah untuk memberi, Ia juga tidak bisa lelah berbelas kasih. Marilah kita jangan lelah menerima” (Riwayat Hidup 19.15).
Dalam Riwayat Hidup (bab 19), ia melanjutkan penjelasan dengan sebuah gambaran tentang akibat-akibat di dalam jiwa seseorang yang telah mencapai cara keempat menerima air bagi taman jiwa. Ia menemukan kesulitan untuk berbicara secara konkret tentang cara munculnya akibat- akibat ini. Ia hanya tahu bahwa akibat-akibat itu tidak muncul karena usaha dari pihak manusia, “…dengan pemahaman yang jelas bahwa buah- buah bukan miliknya” (Riwayat Hidup 19.3).
Pada permulaan setiap bab, ada ringkasan singkat. Ringkasan-ringkasan ini ditulis oleh Santa Teresa sendiri saat ia mengedit versi akhir karya-karyanya. Dalam ringkasan bab 19 ini ia menulis: “Babini sangat penting dan sangat menghibur orang yang lemah dan para pendosa.” Saya akan membayangkan bahwa saya menulis sebuah buku untuk mereka yang sangat maju dalam doa dan kontemplasi tinggi sehingga saya menulis bagi para kudus. Santa Teresa tidak demikian. Ia menulis sebuah bab tentang kontemplasi tertinggi bagi orang yang lemah dan pendosa.
Karena bab tentang kontemplasi tinggi dan doa ini ditujukan bagi orang lemah dan pendosa, maka kita semua bisa mempelajari sesuatu darinya.
Hal pertama dari akibat-akibat di dalam jiwa adalah hal yang disebut oleh ibu kita sebagai kelembutan, dalam Bahasa Spanyol ternura. “Doa dan persekutuan ini meninggalkan kelembutan terbesar di dalam jiwa” (Riwayat Hidup 19.1). Kita mungkin memahaminya sebagai sebuah kombinasi antara kelemahlembutan dan kepekaan. Kelemahlembutan tidak saya maksudkan sebagai kelemahan. Kepekaan tidak saya maksudkan untuk mengatakan percaya diri yang berlebihan. Ada sebuah kepekaan yang tidak menyibukkan diri sendiri, tetapi sadar tentang anugerah yang diterimaolehseseorang dari Allah. Itulah kelemahlembutan dan kepekaan yang sadar kepada YANG LAIN.
Akibat kedua yang disebutkannya adalah keberanian, dalam bahasa Spanyol animosa. “Jiwa menjadi begitu berani” (Riwayat Hidup 19.2). Orangmenjadilebih mantap mengikuti Kristus dan sedang mau membuat pengorbanan heroik untuk melakukannya. Inilah suatu perubahan nyata. “Jiwa lebih berkembang dan dalam suatu keadaan yang lebih tinggi, jiwa melampaui tingkatan doa yang sebelumnya” (Riwayat Hidup 19.2). Animosa dalam Bahasa Spanyol adalah “keberanian dengan semangat.” Cara Anda mengikuti Kristus sangat antusias.
Dalam paragraf yang sama, Santa Teresa segera menggabungkan keberanian dengan kebajikan kerendahan hati.“Kerendahan hatinya lebih mendalam karena ia melihat secara sederhana bahwa menerima anugerah yang tulus dan agung bukan karena ia rajin, dan bahwa ia tidak memainkan peran dalam memperoleh atau mengalaminya” (Riwayat Hidup 19.2).
Apa yang mengakibatkan kerendahan hati ini? Sekarang orang itu sedang maju dalam kehidupan relasi dengan Allah dan lebih tercerahi, orang itu mampu melihat diri sebagaimana adanya, dengan semua ketidaksempurnaan masa lalunya. Yang paling penting, ia juga melihat belaskasih Allah secara jauh lebih jelas, ia melihat Orang yang ia tahu mengasihinya.
“Dengan kebenaran yang mencolok, kehidupan masa lalunya danbelas kasih Allah yang besar ditunjukkan kepadanya”(Riwayat Hidup 19.2). Dalam kenyataannya, cara yang jelas untuk melihat ketidaksempurnaan masa lalu kita adalah dengan melihatnya dalam terang “belas kasih Allah yang besar.”
“Jiwa melihat bahwa ia pantas untuk mendapatkan neraka neraka tetapi ia dimurnikan dengan kemuliaan” (Riwayat Hidup 19.2).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 128.
0 Comments