“Dalam doa ini jiwa bisa juga sedemikian sibuk seperti Martha, sehingga pada waktu yang sama sibuk dalam kehidupan aktif dan kontemplatif” (Riwayat Hidup 17.4).
Santa Teresa masuk biara Inkarnasi pada tahun 1535, saat ia berusia 20 tahun. Ia menulis Riwayat Hidup pada bulan Juni 1562, saat ia berusia 47 tahun dan setelah 27 tahun menjalankan kehidupan membiara. Santo Yosef di Avila, biara karmelit tak berkasut pertama, dibuka pada tanggal 24 Agustus 1562. Dia sangat jujur dalam menceritakan kepada kita tentang jumlah tahun yang digeluti dengan perjuangan untuk belajar berdoa. Ia menceritakan frustrasi yang dirasakannya saat tidak memiliki seseorang untuk membimbingnya dan betapa hal itu membuat perasaannya sepi. Kemajuan dalam doa memerlukan waktu, bahkan bagi orang kudus seperti dia yang dipilih oleh Allah untuk mengalami dan mengerti berbagai hal tentang kehidupan rohani.
Jalan Kesempurnaan muncul 5 tahun kemudian pada tahun 1567. Pendirian-Pendirian pada tahun 1573 dan Puri Batin pada tahun 1577. Melalui buku-buku ini, juga tulisan-tulisan kecilnya, Santa Teresa menyusuri jalan yang dilaluinya dalam kehidupan rohani. Sebagaimana ia tumbuh dalam ketinggian kehidupan rohani, ia menjadi semakin aktif. Pada tahun 1573 ia telah membuka 8 biara baru dan telah menempatkan gerakan OCD Putra. Antara tahun 1573 dan kematiannya 9 tahun kemudian, ia membuka 8 biara lagi.
Orang yang sangat sibuk, wanita kontemplatif dan pendiri kehidupan karmelit tak berkasut. Maria dan Martha serentak. Doa tidak menghalangi karya. Karya tidak menghalangi doa. Ia tidak pernah mengeluh tentang yang satu atau yang lain. Satu hal yang dikeluhkannya adalah bahwa ia harus menulis bagi para bapa pengakuannya. Menulis mengganggu karyanya dan kewajiban-kewajiban komunitasnya. “Sedikit waktu yang saya miliki adalah sedikit bantuan bagi saya dan karena Sri Baginda harus datang untuk membantu saya. Saya harus mengikuti kehidupan komunitas dan memiliki banyak kewajiban. Sebagai akibatnya, saya menulis tanpa memiliki waktu dan ketenangan yang diperlukan dan saya melakukannya sedikit demi sedikit” (Riwayat Hidup 14.8).
Pengalaman Maria dalam cara menyiram yang ketiga ini ditemukan dalam sukacita kehendak saat berada di hadapan Tuhan dan keinginan untuk tinggal dalam kehadiran ini. Jiwa terpikat, diikat oleh rasa yang menyenangkan. “Saya hanya berpikir bahwa hal ini menakjubkan saat saya melihat betapa Allah adalah seorang tukang kebun yang baik dan betapa Ia tidak mau melakukan pekerjaan lain selain merasa senang atas aroma harum bunga yang mulai diberikan”(Riwayat Hidup 17.2). Allah telah menjadi tukang kebun. Seperti sebelumnya, dalam doa, itu adalah tanggungjawab kita untuk memulai dan mengingatkan diri kita melalui iman bahwa Allah hadir. Sekarang Allah yang membiarkan kita mengetahui kehadiranNya.
“Doa ini adalah kebodohan yang mulia, suatu kegilaan surgawi di mana kebijaksanaan sejati dipelajari dan bagi jiwa adalah cara paling menyenangkan dalam menikmati” (Riwayat Hidup 16.1). Karena inisiatif bagi doa ini datang dari Allah sendiri, orang dibingungkan, tetapi bukan dalam cara negatif, melainkan orang diyakinkan bahwa inilah pengalaman sejati, tetapi ia tidak mengerti cara pengalaman itu mungkin terjadi.
“Di sini saya berpikir bahwa hal itu bisa dinasihatkan…untuk meninggalkan diri seluruhnya ke dalam tangan Allah” (Riwayat Hidup 17.2).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 114-116.
0 Comments