Seri Karmelitana – Hari 44

“Jalan pengenalan diri ini jangan pernah ditinggalkan” (Riwayat Hidup 13.5).

Dalam buku Riwayat Hidup bab 13, saat Santa Teresa menutup pembahasannya tentang cara pertama menyiram taman. Ia menekankan perlunya dua hal penting dalam kehidupan rohani: pengenalan diri dan perlunya pembimbing yang baik.

Meditasi perlu dilakukan untuk memperoleh kebajikan-kebajian yang menjadi dasar bagi kehidupan rohani. Tanpa kebajikan-kebajikan, khususnya tiga kebajikan penting yang ditampilkan dalam Jalan Kesempurnaan (cinta kasih, kelespasan dan kerendahan hati), tidak akan ada kehidupan rohani. Kebajikan selalu membawa kita untuk berhadapan muka dengan diri kita sendiri. Dan pengenalan diri selalu mendahului berbagai kemungkinan untuk mengenal Allah.

“Jalan pengenalan diri ini jangan pernah ditinggalkan, tidak ada satu jiwa pun dalam perjalanan ini sperti raksasa sehingga ia tidak perlu sering kembali menjadi seorang anak yang menyusu …. Tidak ada tahap doa yang begitu luhur yang tidak perlu sering kembali ke tahap awal. Di sepanjang jalan doa ini, pengenalan diri dan memikirkan dosa adalah roti yang harus dimakan oleh semua mulut, walaupun rasanya mungkin tidak enak; jiwa-jiwa itu tak bisa ditopang tanpa roti ini” (Riwayat Hidup 13.15).

Poin kedua yang disebutkan oleh Santa Teresa adalah perlunya berkonsultasi dengan seseorang tentang hal yang sedang terjadi di dalam kehidupan doa. Ia pasti tidak berbicara tentang konsultasi kepada sembarang orang. “Karena itu, sangat penting bahwa sang pembimbing memiliki kebijaksanaan, saya maksudkan bahwa ia memiliki penilaian yang baik, dan pengalaman; jika di samping hal-hal ini ia memiliki kecerdasan, akan lebih baik. Tetapi jika seseorang tidak menemukan 3 syarat ini, hal pertama dan kedua lebih penting” (Riwayat Hidup 13.16).

Tetapi hati-hati! “Jika seorang yang bodoh dan aneh sedang membimbing … karena ia sendiri kekurangan cahaya, ia tidak tahu cara menerangi orang lain walaupun ia mungkin menginginkannya” (Riwayat Hidup 13.17). “Tundalah untuk memiliki pembimbing hingga ditemukan seorang yang cocok, karena Tuhan akan memberikan seorang pembimbing kalau hidupnya dilandasi oleh kerendahan hati dan keinginan untuk melakukan hal yang benar” (Riwayat Hidup 13.19).

Di akhir bab itu, Santa Teresa menyiapkan kita untuk memasuki tahap doa selanjutnya, tahap di mana air dibawa ke taman oleh sebuah kincir air. Ia menulis: “Tetapi kita jangan selalu melelahkan diri dengan mencari pikiran-pikiran seperti itu, melainkan tetap tinggal saja di sana di hadapanNya dengan akan budi yang tenang. Dan jika seseorang mampu, dia akan menyibukkan dirinya untuk memandang Kristus yang sedang memandangnya (Riwayat Hidup 13.22).

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 89-90.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *