“Allah tidak menolak orang yang tekun.” (Riwayat Hidup 11.4)
Doa tidak bekerja secara gaib. Tidak ada yang otomatis. Kedua orang kudus karmel, Teresa dan Yohanes, menekankan bahwa doa adalah usaha untuk memulai proses pertumbuhan dalam relasi dengan Allah. Simbol yang digunakan Teresa tentang cara menyiram taman menyatakan secara jelas dalam metode pertama membawa air ke taman di mana sang tukang kebun (orang yang ingin menyiram) harus mengambil ember, pergi ke sumur, menimba air (rahmat Allah) dan kemudian kembali ke taman (jiwa seseorang).
Santo Yohanes dari Salib secara khusus menganalisis tujuan meditasi demikian: “Harus dimengerti bahwa tujuan meditasi diskursif tentang tokoh-tokoh ilahi adalah syarat bagi beberapa pengetahuan dan kasih kepada Allah. Setiap kali orang-orang memperoleh, melalui meditasi beberapa pengetahuan dan kasih yang mereka lakukan lewat tidakan ini. Banyak tindakan, entah di area mana, akan menggandakan kebiasaan” (II Pendakian Gunung Karmel 14.2). Sebagai orang-orang yang bermeditasi, kita senang mencoba untuk berkomunikasi dengan diri kita. Kita ingin mengembangkan kebiasaan. Kebiasaan ini menuntut perhatian kita, setiap hari, setiap pekan, setiap bulan, setiap tahun,
Tiga peringatandari Santa Teresa: Pertama, Santa Teresa berbicara tentang keinginan terhadap berbagai hiburan. “Harus dicatat dengan baik, dan saya berkata begini karena saya mengetahui melalui pengalaman, bahwa jiwa yang mulai berniat untuk berjalan dalam doa batin dan bisa berhasil untuk tidak banyak memperhatikan apakah ada kekurangan dalam kesenangan dan kelembutan, atau apakah Tuhan memberinya (atau apakah ia memiliki banyak hiburan atau ketiadaan hiburan), jiwa ini sudah menempuh sebagian besar jalannya” (Riwayat Hidup 11.13). Saya berpikir bahwa “hiburan-hiburan” itu mungkin adalah keinginan atas beberapa tanda atau bukti bahwa apa yang sedang saya jalani saat sedang bermeditasi sungguh bekerja, bukan berarti beberapa tanda besar seperti penglihatan, tetapi hanya sebuah tanda kecil. Menginginkan hiburan berarti menginginkan bukti.
Ingatlah bahwa Anda sedang menjalankan hal ini untuk melayani Tuhan, bukan melayani diri Anda sendiri. “Tanpa pelayanan semacam itu, tampak bagi saya bahwa kita tidak akan menerima segalanya dan tidak akan memberikan sesuatu” (Riwayat Hidup 11.13).
Kedua, keputusasaan yang muncul dari situasi khusus kita, lelah, sakit, masalah keluarga, masalah kesehatan, masalah pekerjaan. Dalam peristiwa-peristiwa ini, kita perlu beristirahat tetapi bukan menyerah.“Kita seharusnya berpikir bahwa Tuhan tidak memperhatikan ketidakmampuan-ketidakmampuan ini. Bahkan walaupun ketidakmampuan-ketidakmampuan itu tampak bagi kita sebagai kekurangan, sebenarnya tidak. Sri Baginda sudah mengetahui kemalangan kita dan kemalangan kodrat kita secara lebih baik daripada yang kita tahu, dan Ia tahu bahwa jiwa-jiwa ini sekarang ingin memikirkanNya, dan mencintaiNya selalu. Niat inilah yang diinginkanNya” (Riwayat Hidup 11.15).
Ketiga, kekeringan dan gangguan. “Saya kembali kepada nasihat, dan bahkan jika saya sering mengulanginya, ini tidak menjadi masalah, sebab sangat penting bahwa seseorang tertekan atau menderita karena kekeringan atau kebisingan dan pikiran-pikiran yang mengganggu” (Riwayat Hidup 11.17).
“Meskipun ia sering tersandung, ia tidak perlu takut bahwa ia akan berbalik, karena bangunannya telah dibangun di atas suatu dasar yang kokoh” (Riwayat Hidup 11.13).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 84-85.
0 Comments