HARI BIASA PEKAN III PRAPASKAH (U)
Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21b; Luk. 18:9-14
BACAAN INJIL: Luk. 18:9-14
“Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah”
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepada-mu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
RENUNGAN
Kalau Tuhan memberimu lebih banyak berkat, jangan kamu menganggap orang lain yang tidak memilikinya, sebagai orang yang tidak diberkati Tuhan. Hanya karena kamu memiliki lebih, tidak berarti bahwa kamu lebih baik dari orang yang memiliki sedikit. Suatu hari saya dalam perjalanan dengan seorang teman ke sebuah toko grosir di Kota Yogyakarta. Ketika keluar dan hendak pergi dengan sepeda motor kami. Seorang bapa paruh baya datang mendekat meminta uang parkir. Dia menyodorkan tangannya setelah mengambil kardus yang menutupi motor kami. Kami memeriksa dompet dan menemukan bahwa uang lima puluh ribu dan seratus ribu di sana terlalu besar untuk membayar parkiran kira-kira tiga puluh menit itu. Kami lantas meminta bapa itu menunggu lalu kembali ke dalam untuk membeli beberapa minuman dingin supaya punya uang kecil untuk memenuhi kewajiban kami yang memarkir kendaraan di depan toko itu.
Hari ini dalam bacaan Injil Yesus justru membenarkan sikap hati si pemungut cukai yang merasa bukan siapa-siapa di hadapan Allah. Dia berdoa tanpa memandang pada orang lain atau membandingkan dirinya dengan mereka. Sebaliknya, dia hanya menunduk saja, memukuli dirinya. Bahkan tidak berani memandang kepada Allah. Dia tahu bahwa jika Allah menjawab doanya, itu bukan karena jasanya, tapi karena kerahiman Allah. Apapun yang dia lakukan, semua itu tidak boleh menjadi alasan yang mengharuskan Allah menjawab doanya. Mari kita merenungkan hal ini dan membawanya dalam hidup kita, memeriksa apapun yang sudah kita lakukan selama ini. Tuhan memberkati kita. Salam damai dan kasih Kristus. • (P. Daniel Lobo Oba, OCD)
Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)
0 Comments