“Saya telah berbicara, menjawab, mewujudkan dan menyingkapkan kepadamu dengan memberi Dia sebagai seorang saudara, sahabat, guru, tebusan dan hadiah” (II Pendakian Gunung Karmel 22.5)
Santo Yohanes dari Salib, seperti Santa Teresa, juga menekankan bahwa sumber, pusat dan objek untuk menghidupi relasi dengan Allah seutuhnya adalah pribadi Yesus Kristus. “Pertama, milikilah keinginan tetap untuk mengikuti Kristus dalam semua tindakanmu dengan membawa kehidupanmu ke dalam kesesuaian dengan kehidupanNya. Kamu kemudian harus mempelajari kehidupanNya agar tahu cara untuk mengikutiNya dan bertingkah laku dalam semua peristiwa seperti yang akan dilakukan olehNya” (I Pendakian Gunung Karmel 13.3).
Inilah nasihat pertama Santo Yohanes dari Salib di tahap pertama bagi para pemula dan itulah bagian yang benar tentang nasihat sepanjang seluruh hidup. Di mana kita mempelajari kehidupan Yesus Kristus? Di halaman-halaman Kitab Suci, khususnya Injil. Mempelajari Kitab Suci, membaca refleksi Injil harian, hal-hal inilah yang membantu kita untuk melihat lebih jelas siapa Tuhan dan bagaimana Ia menjadi pusat kehidupan kita.
Bagian kedua nasihat ini aalah hal yang diberikan oleh Santo Yohanes dari Salib: “Kedua, agar berhasil dalam usaha untuk mengikuti ini, tinggalkanlah dan kosongkanlah berbagai kenikmatan indrawi yang tidak murni dem kehormatan dan kemuliaan Allah. Lakukanlah ini karena cinta kasih kepada Kristus” (I Pendakian Gunung Karmel 13.4).
Mati raga atau penyilihan dosa tidak mutlak dalam perjalanan rohani. Korban bukanlah tujuan kehidupan rohani. Pertama-tama, jika kita menghormati Allah dan memberiNya kemuliaan dan syukur atas hal-hal baik dia bumi, maka kita akan menggunakannya secara tepat dan menikmati hal-hal itu dengan cara yang terbaik. Kedua, motivasi tobat bukanlah untuk menghukum diri kita. Pengorbanan dilakukan bukan karena hal duniawi itu jahat. Tidak, motivasinya adalah untuk menujukkan cinta kita kepada Tuhan.
Disiplin (discipline) hanya akan menjadu suatu kemuridan (discipleship) jika dilakukansebagai ungkapan cinta kepada Allah. Seseorang yang belajar untuk menaklukkan diri tetapi tidak semakin mencintai Allah dan sesama tidak memiliki alasan untuk berbangga.
Arahkanlah mata Anda kepada Yesus seperti dinyatakan di halaman-halaman Kitab Suci dan karena kasih Anda kepadaNya, tanggalkanlah semua yang menghalangi Anda untuk mengikuti Dia.
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa dari Yesus dan Santo Yohanes dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 67-68.
0 Comments