Seri Karmelitana – Hari 24

“Semua kerinduanku dulu dan masih ada sampai sekarang adalah bahwa karena Dia memiliki banyak musuh dan sedikit sahabat, maka sahabat yang sedikit ini harus menjadi sahabat yang baik” (Jalan Kesempurnaan 1.2).

Tiga hal yang perlu (cinta kasih, kelepasan dan kerendahan hati) adalah syarat-syarat bagi kehidupan doa; dan meditasi perlu dilakukan untuk mempercepat praktik kebajikan-kebajikan ini. Hal itu dimengerti demikian. Harus ada beberapa penggabungan antara kehidupan biasa dan kehidupan rohani seseorang.

Setiap orang berbeda, walaupun tetap ada kesamaan-kesamaan. Allah, yang adalah rekan utama dalam relasi doa, memperlakukan setiap kita dengan cara yang paling sesuai dengan kemampuan kita. Karena alasan ini, kita mungkin terinspirasi oleh cara orang lain menghidupi relasi mereka dengan Allah, tetapi kita tidak harus membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita hanya melihat kepada Tuhan dan Dia yang tersalib.

Sangat sulit untuk mengetahui di mana diri kita dalam relasi dengan Allah. Santa Teresa mengingatkan kita dalam Jalan Kesempurnaan, “Penting untuk mengerti bahwa Allah tidak memimpin semua orang di satu jalur, dan mungkin seseorang yang berpikir bahwa dia sedang berjalan di sebuah jalur yang rendah, dalam kenyataannya, lebih tinggi di mata Tuhan” (Jalan Kesempurnaan 17.2).

Santo Yohanes dari Salib hampir mengatakan hal yang sama dalam prolog Pendakian Gunung Karmel: “Banyak orang berpikir bahwa mereka tidak sedang berdoa saat sebenarnya doa mereka sangat mendalam. Orang lain menempatkan harga yang tinggi dalam doa mereka sementara sebenarnya jumlahnya hampir tidak ada artinya” (Prolog Pendakian Gunung Karmel 6).

Bagaimana kita bisa tahu jika kita berada di jalan yang benar? Sekali lagi Santo Yohanes dari Salib mengatakan: “Mereka berpikir sesuatu yag luar biasa telah terjadi dan bahwa Allah telah berbicara, padahal kenyataannya hampir tidak ada apa-apa yang terjadi, atau tidak ada atau hampir tidak ada. Karena apapun yang tidak memunculkan kerendahan hati, cinta kasih, mati raga, kesederhanaan suci, keheningan, dll, apaartinya itu semua?” (II Pendakian Gunung Karmel 29.5).

Tanda doa ditunjukkan dalam kehidupan kita, dalam kerendahan hati, cinta kasih, mati raga, kesederhanaan. Itulah cara kita mengetahui bahwa kita berada di jalan yang tepat. Santa Teresa menulis: “Dalam kerendahan hati, matiraga, kelepasan dan kebajikan-kebajikan lainnya selalu ada pengaman yang lebih besar. Tidak ada sesuatu yang ditakuti; jangan takut bahwa kamu gagal meraih kesempurnaan mereka yang sangat kontemplatif” (Jalan Kesempurnaan 17.4).

Dalam seluruh kerendahan hati, jika kita dipanggil untuk mengalami kontemplasi tertinggi yang mungkin, itu hanya karena Allah yang memberikannya kepada kita. Seperti dikatakan oleh Santa Teresa, menjadi kontemplatif “…tidak perlu untuk keselamatan” (Jalan Kesempurnaan 17.2). Hal yang perlu adalah kesediaan untuk menanggapi panggilan yang diberikan oleh Allah. Apakah kita melayani seperti Maria, atau melayani seperti Martha, intinya kita melayani.

Inilah kutipan doa paun Klemens XI: “Saya mau melakukan hal-hal yang Kau minta: dengan cara yang Kau minta, sejauh yang Kau minta dan karena Engkau yang memintanya” 

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 53-54.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *