Hari Biasa Pekan I Prapaskah (U)
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26
BACAAN INJIL: Mat. 5:20-26
Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus kepada murid-muridNya, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
RENUNGAN
Setiap perbuatan orang beriman selalu ada konsekuensi logis yang harus ditanggungnya. Jika hidupnya benar di mata Tuhan, maka akan mengalami hidup sukacita bersama-Nya. Jika noda dosa menyelubunginya dan jauh dari ruang pertobatan ia akan mengalami maut dan dukacita. Bacaan pertama hari ini secara lugas dan eksplisit bicara soal ini. Dikatakan bahwa pertobatan orang fasik serta melakukan keadilan dan kebenaran ia tentu diganjar kehidupan. Tetapi jika seorang benar yang jatuh ke dalam dosa maka ia akan mati.
Di dalam perkara hidup beriman terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu: pernyataan iman dan perwujudan iman. Yesus mengundang para pendengar-Nya untuk terlebih dahulu membangun perdamaian dengan sesamanya sebelum mempersembahkan korban persembahan kepada Allah. Boleh dikatakan bahwa Yesus melihat betapa pentingnya keseimbangan antara urusan altar dan persoalan di luar lingkaran altar. Sekiranya seorang Katolik menyadari bahwa ia harus menjalankan hidup yang adil dan benar di mata Tuhan. • (P. Yohanes Mikot Fios, OCD)
Baca versi lengkap: Buku Dupa Karmel, Edisi I 2024 (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2024)
Amin