Seri Karmelitana – Hari 11

“Semua kerinduanku dulu dan masih ada sampai sekarang adalah bahwa karena Dia memiliki banyak musuh dan sedikit sahabat, maka sahabat yang sedikit ini harus menjadi sahabat yang baik” (Jalan Kesempurnaan 1.2).

Ada sejumlah ciri-ciri cinta kasih rohani yang ditunjukkan oleh Santa Teresa dari Yesus dan Santo Yohanes dari Salib dalam kehidupan dan ajaran mereka.

“Cinta kasih yang rohani tampaknya sedang mengikuti cinta kasih yang dimiliki oleh Yesus, Sang Pencinta Sejati, bagi kita” (Jalan Kesempurnaan 7.4). Ciri pertama adalah bahwa cinta kasih rohani tidak ingat diri. Cinta kasih itu ditarik ke dalam diri orang lain dan bukan ke dalam dirinya sendiri. Perhatian yang dimiliki oleh seseorang dipandu oleh caranya untuk bisa membantu orang lain menyadari relasi dengan Allah secara lebih sempurna. Pribadi yang mencintai secara rohani melihat semuanya dalam hubungan dengan kehendak Allah bagi orang lain. Ada sebuah kesatuan besar dengan orang lain saat mereka menderita sebab penderitaan akan membawa mereka berdua mendekat kepada Allah. “Seperti yang saya katakan, suatu cinta kasih tanpa kepentingan diri. Semua yang diinginkan atau diharapkannya adalah untuk melihat jiwa lain kaya dengan berkat-berkat surgawi” (Jalan Kesempurnaan 7.1).

Ciri kedua cinta kasih yang rohani adalah berani. Bagaimana bisa seperti itu? Saat cinta kasih rohani hadir, orang mampu memperbaiki kekurangan sahabatnya atau mau diperbaiki oleh sahabatnya tanpa perasaan-perasaan buruk (tanpa merasa tersinggung atau merasa dijelekkan, ed). Sering terjadi, saat kita memperbaiki orang lain, sikap ini muncul dari kemarahan, keunggulan atau kecemburuan. Tetapi seorang yang digerakkan untuk memperbaiki orang lain atau menerima perbaikan dari orang lain, yang digerakkan oleh cinta kasih kepada Allah, mampu untuk memberi atau menerimanya dengan cara yang memuliakan jiwa dan membawanya kembali ke jalan lurus menuju kebebasan yang sempurna. “Para pencinta ini tidak bisa tidak jujur di dalam hati dengan orang-orang yang mereka cintai; jika mereka melihat orang-orang yang mereka cintai melenceng dari jalan atau melakukan suatu kesalahan, mereka akan segera mem- beritahukannya” (Jalan Kesempurnaan 7.4).

Ciri ketiga cinta kasih yang rohani adalah konkret dalam ungkapan dan dilaksanakan di dalam tindakan. Cinta kasih rohani berjalan lebih maju daripada sebuah cinta kasih yang dibatasi oleh suatu perasaan yang halus. Cinta kasih ini menunjukkan dirinya dalam keinginan seseorang untuk membantu orang lain. Ada sebuah ketulusan yang tidak ingat diri dalam berbagi beban. Cinta kasih ini sabar. Di sana ada kemampuan untuk menanggung secara ikhlas segala tekanan yang mungkin muncul di antara masing-masing pihak yang disebabkan oleh kelemahan kodrati manusiawi. “Tak ada hal yang bisa ditawarkan kepada mereka, yang tidak akan mereka lakukan dengan senang hati demi kebaikan jiwa ini” (Jalan Kesempurnaan 6.8). “Tak ada sesuatu yang membosankan yang tidak mudah diderita oleh orang-orang yang saling mencintai” (Jalan Kesempurnaan 4.5).

Apa yang dikatakan oleh Santa Teresa untuk memperoleh cinta kasih rohani ini? “Dan mohonkanlah kepada Tuhan Kita untuk memberimu cinta kasih sempurna kepada sesama… Paksalah kehendakmu untuk melakukan kehendak para saudarimu dalam segalanya walaupun kamu mungkin kehilangan hak-hakmu; lupakanlah kebaikanmu bagi kebaikan mereka tanpa berpikir betapa banyak perlawanan yang muncul dari dirimu; dan jika kesempatan muncul, berusahalah menerima pekerjaan itu sebagai suatu cara untuk melegakan sesamamu. Jangan berpikir bahwa hal itu tidak menuntut pengor- banan darimu atau bahwa kamu akan menemukan semua yang dilakukan bagimu. Lihatlah betapa berharganya cinta yang telah dikorbankan bagi kita oleh Mempelai Kita; supaya kita bebas dari kematian, Dia mati dan mengalami kematian yang paling menyakitkan di salib” (V Puri Batin 3.12).

Santo Yohanes dari Salib juga membantu kita untuk memperoleh cinta kasih ini. “Mereka tidak peduli untuk mengetahui hal lain selain hal yang penting untuk menyelesaikan karya-karya baik, karena mata mereka terarah hanya kepada Allah, dengan menjadi sahabat dan menyenangkan-Nya; inilah yang mereka rindukan. Mereka memberikan semua yang mereka miliki secara tulus. Kesenangan mereka adalah mengetahui cara mencintai Allah dan sesama tanpa hal rohani atau fana. Seperti saya katakan, mereka mengarahkan mata mereka kepada hakikat kesempurnaan batin, dalam menyenangkan Allah dan  bukan  menyenangkan diri mereka sendiri” (I Malam Gelap 3.2).

Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 25.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *