“Semua kerinduanku dulu dan masih ada sampai sekarang adalah bahwa karena Dia memiliki banyak musuh dan sedikit sahabat, maka sahabat yang sedikit ini harus menjadi sahabat yang baik” (Jalan Kesempurnaan 1.2).
Satu catatan penting, sebelum mengamati “hal-hal penting” yang ditulis oleh Santa Teresa, kita harus ingat bahwa para pembaca buku yang ditulis oleh Santa Teresa ini pada awalnya adalah para biarawati karmelit tak berkasut di biara-biara yang didirikannya di Spanyol pada akhir abad XVI. Ia menulis beberapa hal untuk menerapkan tiga hal penting bagi para biarawati yang sedang tinggal di komunitas kontemplatif berklausura. Ia menulis prinsip-prinsip dan penerapannya bagi para biarawati kontemplatif. Kita harus memahami prinsip-prinsip dan cara menerapkannya di dalam situasi hidup kita masing-masing, entah sebagai religius atau sebagai orang yang hidup berkeluarga atau sebagai orang yang melajang. Tiga hal penting yang ditulis oleh Santa Teresa sangat rinci:
- “Amor unas con otras”— “Saling ”
- “Desasimiento de todo lo criado”—“Kelepasan dari segala ”
- “Verdadera humildad” –”Kerendahan hati yang ”
Sebelum kita bisa masuk secara penuh ke dalam persahabatan dengan Allah yang kita inginkan dan yang diharapkan oleh Santa Teresa bagi kita, kita perlu memiliki perspektif atau sudut pandang yang tepat tentang tiga hal besar yang menjadi bagian kehidupan manusia. Kata perspektif berasal dari kata Latin spectare yang berarti melihat atau memeriksa. Dari kata ini, dalam Bahasa Inggris muncul kata spectacles yang berarti kacamata atau alat yang kita gunakan untuk bisa melihat sesuatu secara lebih jelas. Perspektif berarti melihat hal-hal secara lebih jelas dengan cara yang tepat.
Tiga hal penting diinginkan oleh Santa Teresa agar kita untuk memiliki perspektif yang tepat:
- Orang lain-saling mengasihi (Kebajikan cinta kasih-kaul atau janji kemurnian-pemurnian kehendak).
- Hal-hal duniawi-kelepasan dari segala ciptaan (Kebajikan harapan- kaul atau janji kemiskinan-pemurnian ingatan).
- Diri kita sendiri-kerendahan hati yang sejati (Kebajikan iman-kaul atau janji ketaatan-pemurnian akal budi).
Santa Teresa mulai menulis bab keempat Jalan Kesempurnaan dengan sebuah pertanyaan: “Menurut pendapatmu, seperti apa seharusnya kita ini bila kita tidak ingin dianggap terlalu berani oleh Allah dan dunia?” Bagi kebaikan para pembacanya, minat pertama Santa Teresa dalam menyusun hal-hal ini adalah untuk membantu mereka, melalui ketertiban yang dituntut untuk bisa memiliki perspektif yang tepat agar bisa menjadi murid-murid Tuhan.
Walaupun Santa Teresa tidak menyebutkannya hingga bab 21, rasanya baik untuk ditunjukan di sini hal yang disebutnya penting sejak awal: “Saya mengatakan bahwa cara mereka memulai sangatlah penting, karena memang sangat penting. Mereka harus memiliki sebuah tekad yang kuat untuk bertekun hingga mencapai tujuan, apapun yang akan datang, apapun yang akan terjadi, pekerjaan apapun yang akan terkait, kritik apapun yang akan muncul, apakah mereka tiba atau apakahmereka mati di jalan, ataubahkan jika mereka tidak memiliki keberanian terhadap berbagai cobaan yang dijumpai, atau bahkan jika dunia runtuh” (Jalan Kesempurnaan 21.2). Perspektif, kebulatan tekad, ketekunan, jangan menyerah.
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 19.
0 Comments