“Sebab doa batin menurut pendapat saya tak lain daripada keakraban antar sahabat; artinya harus sering berada sendiri dengan Dia yang kita tahu mencintai kita”(Riwayat Hidup 8.5).
Cara Santa Teresa menggambarkan doa sebagai “suatu keakraban antar sahabat” sangat asli sehingga membuat kita melihat “kebutuhan” untuk berdoa dalam sebuah terang yang berbeda.
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk memahami “kebutuhan” untuk berdoa ini adalah dengan memahami diri kita sendiri. Santa Teresa mengatakan bahwa kita, umat manusia, “memiliki kodrat yang kaya dan mampu berbicara dengan Allah” (I Puri Batin 1.6). Kita diciptakan dan dirancang untuk persahabatan ini. Santa Teresa membaca buku Pengakuan-Pengakuan karya Santo Agustinus. Ia sungguh-sungguh memahami saat Agustinus menulis, “Dikau telah menciptakan kami bagiMu ya Tuhan, dan hati kami gelisah sebelum beristirahat dalam Dikau” (Pengakuan-Pengakuan 1.1). Relasi adalah sesuatu yang alami bagi kita. Di atas semua itu, relasi dengan Allah adalah doa.
Bagaimana saya bisa menempatkan kesadaran ini secara tepat? Saya mengalami dua cara tentang “perlunya” berdoa. Cara pertama adalah saat saya berkata kepada diri saya sendiri, “Kau harus berdoa!” Cara kedua adalah saat saya berkata kepada Tuhan, “Saya harus berdoa?” Mengertikah Anda tentang hal yang saya maksudkan?
Saat saya berkata kepada diri saya sendiri, “Kau harus berdoa,” pernyataan ini muncul dari sebuah kewajiban atau keharusan. Saya diwajibkan untuk mendoakan ibadat pagi dari Buku Ibadat Harian, sehingga saya mendaraskannya karena hal itu adalah tanggung jawab saya. Atau jika saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya diwajibkan untuk memberikan waktu untuk doa batin setiap hari, maka saya memberitahukan kepada diri saya sendiri, “Sekarang waktunya berdoa!” Melakukan hal ini tentu baik, bahkan kita perlu memiliki mentalitas ini. Jika tidak, kita tidak akan pernah memiliki kehidupan doa.
Saat saya berkata, “Saya harus berdoa,” saya tidak meminta diri saya untuk melakukan sesuatu yang muncul sebagai sebuah kewajiban. Saat itu, saya sedang mengungkapkan sebuah keinginan yang muncul dari dalam diri saya.
Ingatlah definisi doa menurut Santa Teresa di bagian selanjutnya, “harus sering berada sendiri dengan Dia yang kita tahu mencintai kita.”Semakin sering berarti menjadi kurang “sendirian” tetapi semakin lebih “sendiri dengan,”: kebutuhan kita akan sungguh menjadi kebutuhan untuk berada bersama Tuhan, bersama Sang Sahabat. Doa tidak muncul dari kewajiban yang kita ambil dari Allah yang kita cintai untuk menghabiskan waktu bersama Allah yang mencintai kita. Saat keadaan tidak memberikan waktu yang cukup untuk berdoa sendirian; kita tidak hanya merindukan sesuatu, tetapi kita juga merindukan Seseorang yang mencintai kita. Anda perlu sadar bahwa Anda dicintai, karena ada banyak orang yang tidak cukup menyadarinya.
Santa Teresa memberikan nasihat besar tentang cara berada sendiri dengan Sahabat ini. Ia menulis, “Tetapi orang tidak harus melelahkan diri untuk mencari pemikiran-pemikiran ini, melainkan cukup tinggal di sana di hadapan-Nya dengan pikiran yang tenang. Dan jika kita mampu, kita seharusnya menyibukkan diri kita dengan menatap Kristus yang sedang menatap kita, dan kita harus berbicara, dan memohon, dan me- rendahkan diri kita, dan merasa senang di hadapan Tuhan dan mengingat bahwa kita tidak layak untuk berada di sana. Saat kita mampu melakukan hal ini, walaupun hal ini mungkin terjadi pada awal doa, kita akan menerima manfaat besar; dan cara doa ini telah memberi banyak manfaat, sekurang-kurangnya, inilah yang dialami oleh jiwaku” (Riwayat Hidup 3.22).
Dikutip dari buku: P. Aloysius Deeney, OCD, Renungan-Renungan Santa Teresa Dari Yesus dan Santo Yohanes Dari Salib, (Yogyakarta: Nyala Cinta, 2022), hlm. 15.
0 Comments